14 Juli 2008

Kangkung


JANGAN JAJAN KANGKUNG SEMBARANGAN YA, KECUALI KALAU BATANGNYA DIBELAH.

05 Juli 2008
Category: Ruang Pengetahuan

Jika Anda penggemar kangkung, baik itu ca kangkung, petis kangkung, kangkung cos, dll yang berkaitan dengan kangkung, mungkin cerita ini dapat menjadi pertimbangan bagi Anda pada saat akan mengkonsumsi kangkung.

Saya mendapat cerita ini dari seorang teman, tapi Saya lupa tempat
persisnya di Negara mana, yang jelas antara Singapura / Malaysia .

Pada suatu hari di rumah sakit terkenal, semua dokter kebingungan hanya karena ada seorang anak kecil yang tampan menderita sakit perut. Anak itu dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya setelah 2 hari menderita diare.
Sudah bermacam obat sakit perut yang diberikan kepada anak itu, namun diarenya tidak kunjung sembuh.

Di rumah sakit orang tua anak tersebut ditanya oleh dokter, makanan apa saja yang sudah dimakan oleh anak tersebut selama 2 hari ini. Orang tua anak itu kebingungan, karena sejak anaknya diare otomatis anak tersebut tidak mau makan, dia hanya minum susu, itu pun langsung dikeluarkan lagi. Setelah usut punya usut, ternyata sebelum menderita diare, malamnya anak tersebut baru saja diajak makan kangkung cos di Restoran oleh orang tuanya.

Dokter segera melakukan rontgen, ternyata diusus anak tersebut telah
berkembang biak lintah dengan anaknya yang kecil-kecil. Dokter angkat tangan dan menyatakan tidak sanggup mengambil tindakan medis apapun.

Akhirnya anak kecil tampan yang malang itupun meninggal dunia.

Usut punya usut, ternyata lintah itu sebelumnya bersemayam di dalam
batang kangkung yang besar. Memang, untuk penggemar kangkung cos yang paling enak adalah batangnya, apa lagi jika dimasak oleh seorang ahli, maka kangkung cos rasanya akan menjadi renyah. Lintah yang berada di dalam batang kangkung itu tidak akan mati walau dimasak selama apapun, apa lagi untuk kangkung cos proses memasak tidak terlalu lama untuk menghasilkan rasa kangkung yang enak. Lintah hanya akan mati jika dibakar.


Di dalam usus anak tadi, lintah yang tadinya hanya 1 dalam 2 hari
berkembang biak dengan cepatnya karena terus menerus menghisap darah yang ada, otomatis dokter juga kebingungan, bagaimana
mematikan/membersihkan lintah yang telah sangat banyak tersebut dari dalam usus anak malang itu.

Jujur, sejak mendengar cerita itu, kesukaan saya akan kangkung
menjadi berkurang, boleh dibilang sudah 1 bulan ini saya sama sekali tidak mengkonsumsi kangkung dalam bentuk apa pun, bukan karena menjadi paranoid, tapi bagi Saya lebih banik menjaga segala kemungkinan yang ada, toh tidak hanya kangkung yang dapat kita konsumsi, masih banyak sayur lain yang dapat kita makan dengan meminimalisir segala kemungkinan "lintah" yang terselip di dalamnya.

Semoga cerita ini dapat men jadi pertimbangan untuk kita semua pada saat ingin mengkonsumsi kangkung.

Sumber : Group Sains
http://groups.yahoo.com/group/sains/message/4393

20 April 2008

Kiamat


Ada 2 (dua) Golongan Manusia yang mensikapi Hari Kiamat:
•Pertama, Golongan Manusia yang lalai dan lengah. Mereka beriman namun tidak beriman kepada hari Kebangkitan dan hari diperlihatkannya Amalnya kelak. Mereka hanya menghabiskan usianya untuk mencari harta di Dunia yang fana dengan seenaknya, mereka tidak beriman kecuali dengan materi fisik semata. Tujuan mereka hanya di dunia. Mereka adalah orang-orang yang merugi di akhirat kelak. Mereka adalah orang-orang yang terdiam berputus asa saat terjadinya hari Kiamat nanti. Mereka mendapatkan kecelakaan dan kebinasaan ketika dibangkitkan dan diperlihatkannya Amalannya. Allah SWT; menceritakan mereka dalam banyak ayat, di antaranya, artinya, "Dan pada hari terjadinya Kiamat, orang-orang yang berdosa terdiam berputus asa." (QS.Ar-Rum:12)
•Sedangkan golongan kedua, adalah orang-orang yang beriman atas terjadinya hari Kiamat. Di dunia, mereka selalu waspada dengan darinya karena mengetahui bahwa ia adalah haq (benar-benar terjadi). Mereka itu adalah orang-orang yang mengenal Tuhannya yaitu Allah SWT, lalu takut kepadaNya dan merasa selalu diawasiNya dalam apa yang mereka datangkan. Mereka takut akan Akhirat, lalu beramal untuknya. Dunia bagi mereka tidaklah seberapa; tidak dapat melalaikan maupun menggoda mereka dengan gemerlapnya dunia fana. Mereka itulah orang-orang yang beriman saat terjadinya hari Kiamat. Mereka pantas ditempatkan di Surga dan mereka mendapatkan balasan atas keimanan dan amalan mereka. Dan, mereka tidak pernah menzhalimi siapa pun.
Dari 2 (dua) golongan manusia tersebut diatas, mari kita renungi firman Allah SWT, yang artinya, "Orang-orang yang tidak beriman kepada hari Kiamat nanti meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Hari Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah terhadap terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh." (QS. Asy-Syuro ayat18).

Sementara mengenai nasib kedua golongan itu dan perbedaan balasan bagi keduanya di akhirat, mari kita renungi pula firmanNya, artinya, "Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan Amal Shalih, maka mereka di dalam taman (surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al-Qur'an) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka)." (QS. Ar-Rum:14-16)
Amalan manusia di dunia bersumber dari tingkat keimanan mereka terhadap hal yang ghaib dan terjadinya hari Kiamat. Manusia yang paling beriman dengannya, maka mereka adalah orang yang paling siap menghadapinya, sedangkan orang yang paling kurang beriman kepadanya, maka mereka adalah orang yang paling lalai dalam mempersiapkan diri menghadapinya. Iman tidaklah diukur dengan buah atau kepemilikannya, tetapi ia adalah sesuatu yang mantap di hati dan membuat anggota badan bangun untuk membenarkannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang sebenar-benar beriman dengan terjadinya hari Kiamat.!

31 Januari 2008

KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG

Subsidi energi, baik listrik maupun BBM, telah menjadi momok menakutkan bagi pengambil keputusan di Republik Indonesia ini. Pemerintah dipusingkan bukan hanya oleh rumitnya merancang pembangunan dan menentukan prioritas dalam penyusunan RAPBN, tetapi juga dengan besarnya subsidi – terutama BBM – yang harus ditanggung setiap tahun. Karena itulah, pemerintah bersama DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap seperti tertuang dalam UU No. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Meskipun demikian, subsidi minyak tanah dikecualikan. Dengan kata lain, meski telah menerapkan harga pasar untuk bensin dan solar, pemerintah masih mensubsidi minyak tanah untuk keperluan masyarakat berpendapatan rendah dan industri kecil atau UKM.
Namun subsidi minyak tanah dalam dua tahun terakhir masih terasa memberatkan karena besarnya volume yang harus disubsidi, seiring dengan berbagai krisis dan transisi yang terjadi dalam managemen energi nasional. Kondisi ini diperberat pula dengan bertahannya harga minyak dunia pada kisaran 50-90 USD per barel. Karena itu, langkah pemerintah untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah kepada bahan bakar gas dalam bentuk Liquefied Petroleum Gas (LPG) bisa dianggap sebagai salah satu terobosan penting dalam mengatasi rancunya pengembangan dan pemanfaatan energi, sekaligus mengurangi tekanan terhadap RAPBN.

Dari berbagai sumber diketahui bahwa pemerintah berencana untuk mengkonversi penggunaan sekitar 5,2 juta kilo liter minyak tanah kepada penggunaan 3,5 juta ton LPG hingga tahun 2010 mendatang yang dimulai dengan 1 juta kilo liter minyak tanah pada tahun 2007 (detik.com, 19/1/07). Langkah ini bisa dipahami cukup strategis mengingat setelah penghapusan subsidi bensin dan solar, permintaan akan minyak tanah tidak memperlihatkan penurunan. Karena itu, salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi pemakaian minyak tanah.
Sayangnya, rencana konversi Minyak Tanah ke LPG ini terasa mendadak dan tergesa - gesa bahkan terlihat tidak terencana secara komprehensif. Tak heran berbagai masalah dalam pelaksanaannya muncul seakan tiada henti. Mulai dari ribut-ribut tender kompor gas yang dilakukan oleh Kantor Menteri Koperasi dan UKM, belum jelasnya sumber pendanaan dan besarnya subsidi yang mencapai ratusan milyar Rupiah, rendahnya sosialisasi kepada masyarakat yang justru sedang giat-giatnya memproduksi kompor murah berbahan bakar Briket Batu Bara sesuai program pemerintah sebelumnya yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi pengrajin Kompor di Tasikmalaya, ketidaksiapan infrastruktur seperti stasiun pengisian dan Depot LPG, hingga kaburnya kriteria pemilihan lokasi uji coba dan kelompok masyarakat penerima kompor dan tabung gas gratis bahkan tidak adanya koordinasi dengan Pemerintah Daerah hingga ke perangkat yang paling bawah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yaitu Ketua Rt dan Rw.

Belum habis berbagai kontroveri tersebut diatas, muncul pula masalah lain dalam proses tender kompor gas. Yaitu adanya aturan baru dimana kompor gas harus memiliki dua tungku. Padahal peserta tender sebelumnya telah mengantisipasi dan diminta menyiapkan penawaran hanya satu tungku sesuai aturan dari Departemen Perindustrian (Kompas, 3/2/07).

***
Lalu bagaimana langkah ke depan?

Tidak semua rencana baik bisa berjalan mulus. Apalagi dalam era demokrasi yang penuh transisi. Berbagai niat dan semangat untuk mengukir sejarah tidak cukup hanya dibekali upaya biasa, tapi juga menuntut perjuangan ekstra dan kerjasama. Itulah salah satu kaedah proses perencanaan saat ini. Karena itu demi kelangsungan program konversi yang bertujuan baik, maka proses perencanaan dan program pelaksanaannya sebaiknya dibenahi dari sekarang sebelum mengalami kegagalan atau menciptakan dampak yang lebih buruk.
Ada dua masalah utama yang perlu pemikiran ulang. Pertama, dampak penghapusan subsidi untuk bensin dan solar kelihatannya luput dari perhatian pemikir negeri ini. Anjuran kiai dan puluhan cendekiawan Indonesia dengan berbagai iklannya di media cetak dan media elektronik untuk bersabar menghadapi "penyesuaian" harga BBM ternyata tidak mangkus.
Himpitan dan kesulitan ekonomi yang dihadapi masyarakat miskin seperti nelayan di pesisir dan penduduk yang hidup didaerah sungai seperti di Jambi, Sumatera Selatan, sebagian Jawa, dan sebagian besar Kalimantan, menuntut kreativitas agar bisa bertahan hidup. Mahalnya solar untuk melaut telah memaksa nelayan memodifikasi ribuan mesin kapal agar tetap bisa dioplos dengan minyak tanah supaya irit dan ekonomis (IREK), meski harus mengganti beberapa onderdil secara berkala. Sedangkan bagi rakyat pengguna transportasi sungai, mesin tempel perahu mereka juga harus direkayasa agar bisa menggunakan minyak tanah yang lebih murah. Meski secara ekonomi terjadi pengurangan subsidi untuk bensin dan solar, namun secara nasional penggunaan dan permintaan minyak tanah bukannya menurun. Malah sebaliknya, permintaan naik berlipat-lipat yang tercermin dengan banyaknya antrian minyak tanah disepanjang tahun 2005 dan 2006 di seluruh wilayah nusantara, termasuk di Ibu Kota Jakarta.

Kedua, apabila pemerintah masih akan terus melakukan konversi minyak tanah dengan berbagai kondisi makro seperti di atas, maka pelaksanaannya menuntut pembenahan. Koordinasi menjadi kata kunci. Demikian pula, harus jelas institusi penanggung jawab program utama (executing agency) dan institusi pelaksana untuk setiap sub program (implementing agency). Saat ini peran, fungsi dan tugas masing-masing institusi yang terlibat masih rancu. Setidaknya ada beberapa institusi yang terlibat, antara lain: Departemen ESDM, PT. Pertamina, BPH Migas, Depertemen Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, Badan Usaha (swasta), LSM, dan Pemerintah Daerah. Menjadi penting untuk meluruskan peran dan tugas masing-masing agar tidak terjadi tumpang tindih dan saling tuding.
Untuk mewujudkan kerjasama dan koordinasi yang baik antar instansi sudah sepantasnya dibetuk Tim Terpadu untuk melaksanakan program konversi ini. Mengingat jumlah masyarakat miskin yang terus bertambah, maka sangat diperlukan kecermatan dalam menentukan lapisan masyarakat yang akan menjadi sasaran konversi ini. Untuk skala nasional tentu saja tingkat kesulitannya akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan skala uji coba yang sekarang sedang dilaksanakan di beberapa kecamatan di wilayah DKI Jakarta, Tangerang dan Kota Depok.

***
Konversi penggunaan minyak tanah memang harus dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat masih tingginya permintaan dan ketergantungan nasional terhadap BBM. Program ini harus berkelanjutan dan tidak bisa sporadis mengingat pemerintah masih kesulitan menaikkan produksi minyak ketingkat 1,3 juta barel per hari, sementara penggunaan bahan bakar gas dan batu bara masih terkendala oleh infrastruktur.
Penggantian jutaan kompor minyak tanah menjadi kompor gas tentu memerlukan biaya cukup besar. Apalagi jika itu akan diberikan secara cuma-cuma. Untuk jangka panjang strategi pembiayaan mutlak harus dipikirkan. Diusulkan agar biaya konversi pemakaian minyak tanah ini bisa diambilkan dari berbagai retribusi dan pendapatan negara bukan pajak lainnya (PNBP) yang jumlahnya cukup besar di sektor Migas. Sedangkan pengelolaanya dalam jangka panjang bisa saja di embankan kepada badan usaha tertentu atau dikembalikan ke Pertamina dengan menggunakan pola Public Service Obligation sehingga mengurangi rantai birokrasi dan dapat meringankan beban pemerintah ditengah keterbatasan sumber daya manusia yang ada saat ini.
Sebagai penutup tidak kalah pentingnya adalah program sosialisasi kepada masyarakat agar dapat mensukseskan program ini. Karena itu ukuran tabung gas dan kepastian rancangan kompor hendaklah dibuat sedemikian rupa sehingga memang sesuai dengan kebutuhan mereka. Khusus untuk ukuran tabung gas, kiranya perlu dipikirkan ulang secara seksama, hingga tidak terjadi salah persepsi nantinya bagi sebagian masyarakat miskin yang tentu juga memiliki tingkat pendidikan yang agak terbatas dibandingkan dengan masyarakat luas lainnya. Kedua hal ini sangat perlu diperhatikan untuk menghindarkan berbagai masalah sosial yang belum diantisipasi pemerintah pada saat ini.
_______

27 Januari 2008

Selamat Jalan Bapak Pembangunan

PAK H. M. HARTO MENINGGAL DUNIA: Mantan Presiden ke 2 H. Muhammad Soeharto, Minggu 27 Januari 2008 sekitar pukul 13.10 WIB meninggal dunia saat dalam perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Mantan Presiden ke 2 H. Muhammad Soeharto meninggal setelah menjalani perawatan di RSPP selama 23 hari. Selama menjalani perawatan, kondisi Jenderal berbintang lima ini memang labil. Berbagai peralatan kedokteran digunakan oleh Tim Dokter Kepresidenan untuk H. Muhammad Soeharto.
H. Muhammad Soeharto lahir di Desa Kemusuk, Argomulyo Yogyakarta, 8 Juni 1921 silam. Ia merupakan presiden kedua Indonesia menggantikan Ir Soekarno. H. Muhammad Soeharto mulai menjadi orang nomor satu di Indonesia setelah keluarnya Surat Perintah 11 Maret tahun 1967 yang kontroversial.
Berdasarkan Supersemar tersebut, Soeharto kemudian mengambilalih pimpinan negara dan diangkat menjadi presiden Indonesia oleh MPRS tahun 1968.
Sejak saat itu, pria yang dijuluki The Smiling General itu memimpin Indonesia selama 32 tahun. Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia memaksa H. Muhammad Soeharto mundur dari kursi presiden tanggal 21 Mei tahun 1988. Keputusan untuk mundur diambil setelah terjadi demo besar-besaran mahasiswa dan kerusuhan di Jakarta.

26 Desember 2007

Album Indie Take Over Band

Pada bulan Mei 2007, Take Over Band meluncurkan Album Indienya yang diberikan tajuk: "JADILAH MILIKKU" Album ini merupakan album Perdana yang dirilis dalam bentuk CD yang mengusung lagu - lagu Modern Rock. Album ini dapat dikatakan Album Mini karena hanya menyajikan 5 (lima) buah lagu andalannya, antara lain: Maafkan, Aku DenganNya, Jadilah Milikku, Terlalu Dini dan Semestina. Album ini merupakan kasih sayangnnya para personil Band dengan para d'Takers di Tanah Air agar mengobati rindunya. Alasan ini dapat diterima karena Take Over Band selama 4 tahun berkiprah di blantika musik Indonesia belum mempersembahkan hasil karyanya kepada para pecinta musik Indonesia khususnya pecinta musik Rock di Tanah Air. Harapannya semoga Album ini dapat menambah warna Musik di Tanah Air Indonesia. Amin.

21 Desember 2007

Mengisi waktu dengan belajar lagi

Usiaku sudah menginjak lebih dari 47 tahun, namun tidak menyurutkan aku untuk belajar. Kini aku sekolah lagi mengambil S2 di Sekolah Tinggi Menara Siswa Bogor, walau usiaku tidak muda lagi tapi cita - cita untuk belajar tetap bersemangat.

20 Desember 2007

Konser Tahun Baru 2008

Take Over Band akan ikut memeriahkan malam Tahun baru 2008 di Lapangan Pamulang Tangerang bersama Gudang Garam Rock. Acara konser tidak dipungut biaya alias Gratis. Take Over Band akan membawakan lagu - lagu andalannya:
Jadilah Milikku, Terlalu Dini, Aku denganNya, Setan Gila, Kiamat, Kembalilah, Selingkuh dsb.