22 Juli 2009

Isra' Mi'raj Yang Agung


Siapa yang tidak mengenal peristiwa Isra' Mi'raj yang dialami oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Tepatnya terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab tepatnya satu tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Bahkan Umat Islam di Indonesia setiap tahun selalu memperingati hari besar Islam tersebut.Apa yang melatar belakangi didalam peristiwa Isra' Mi'raj tersebut? Kalau kita melihat ke shirah Nabi banyak hal - hal yang oleh para ulama shirah peristiwa Isra Mi'raj di yakni ada beberapa rangkaian peristiwa menyedihkan yang dialami Rasulullah SAW. Pertama, pemboikotan total yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib. Pemboikotan ini, yang hampir membuat kaum Muslimin mati kelaparan, berlangsung selama 3 (tiga) tahun. Setelah kondisi itu berlalu maka terjadi peristiwa kedua, yaitu meninggalnya dua "pelindung" Rasulullah SAW. Mereka adalah Abu Thalib; paman yang selalu melindungi dan menjaga beliau dari intimidasi kaum kafir Quraisy, serta Siti Khadijah; seorang wanita mulia tempat Rasul bersandar, serta berbagi suka dan duka, ditambah dengan Peristiwa Tha'if yaitu penghinaan dan penganiayaan terhadap Rasulullah SAW dalam menjalankan dakwahnya hingga mengalami cedera. Perlawanan dan penolakan orang-orang kafir semakin keras, maka dalam kondisi yang sangat berat dan tertekan maka Rasulullah SAW menyampaikan dukanya kepada Allah SWT dan merasa tidak mampu membimbing mereka menuju Cahaya Islam.

Dalam situasi tertekan ini, Allah SWT "menghibur" Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril dengan memperjalankannya ke langit melalui peristiwa Isra' Mi'raj. Isra' Mi'raj adalah perjalanan spektakuler yang pernah dilakukan manusia. Betapa tidak, Rasulullah SAW melakukan perjalanan di malam hari dan dalam waktu yang amat singkat 2/3 malam dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Dari Al-Aqsa, Beliau naik ke langit melalui beberapa tingkat, menuju Baitul Makmur, Sidratul Muntaha (tempat tiada berbatas), Arasy (takhta Allah), hingga Beliau menerima wahyu langsung dari Allah SWT tanpa perantaraan Jibril.

Allah SWT dalam Firmannya, "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S.Al Isra' ayat 1).

Isra Mi'raj tidak sekadar perjalanan "hiburan" bagi Rasul. Tetapi peristiwa Isra Mi'raj adalah perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience, seperti dikutip Azyumardi Azra, mengungkapkan bahwa Isra Mi'raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. "Isra Mi'raj," tulisnya, "Benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh dunia gaib".

Bila perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi'raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba menuju Al-Khalik. Isra Mi'raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Perjalanan ini, menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi. Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf.

Salah satu momen penting peristiwa Isra Mi'raj terjadi tatkala Rasulullah SAW "berjumpa" dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, "Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah"; "Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja". Allah SWT pun berfirman, "Assalamu'alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh". Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Ungkapan bersejarah ini kemudian diabadikan sebagai bacaan shalat.

Sebagai pribadi berakhlak mulia, Rasulullah SAW sangat menjauhi sikap egois. Beliau ingin ucapan salam dan "undangan" Allah tersebut dirasakan segenap umatnya. Beliau kembali ke bumi dengan membawa salam keselamatan dari Allah SWT lewat perintah shalat. Inilah kado spesial dari Allah SWT bagi orang-orang beriman.

Menurut Prof Seyyed Hussein Nasr dalam buku Muhammad Kekasih Allah (Mizan, 1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi'raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang kita lakukan sehari-hari. "Shalat adalah mi'raj-nya orang-orang beriman," demikian ungkapan sebuah hadis.

Sabar dan shalat

Andai kita tarik garis merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini. Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi'raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan.

Ketiga hal ini terangkum dengan sangat indah dalam Alquran, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS Al-Baqarah [2]: 45-46). Wallahu a'lam bish-shawab.(Ems)
www.republika.co.id