26 September 2009

Hari Kembali Menuju Fitrah


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…

Sudah satu Minggu lamanya bulan Suci Ramadhan 1430 H kita tinggalkan. Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Bulan Suci Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju titik Fitrah. Titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Kata Fitrah di ambil dari kata Fathara Yafthuru artinya menciptakan. Allah Sang Pencipta tidak pernah bermaksud buruk ketika pertama kali menciptakan manusia. Karena itu tidak mungkin manusia mencapai kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik asal diciptakannya. Itulah titik di mana manusia benar-benar menjadi manusia. Bukan manusia yang penuh lumuran dosa dan kekejaman. Bukan manusia yang dipenuhi gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.
Allah SWT. menurunkan Al Qur’an untuk menjadi pedoman agar manusia tetap komitmen dengan kemanusiaannya. Yaitu manusia yang saling mencintai karena Allah, saling memperbaiki menuju keimanan sejati, saling tolong menolong menuju peradaban yang kokoh, saling membantu dalam kebaikan bukan saling membantu dalam dosa dan kemungkaran. Allah mengutus nabi-nabi sepanjang sejarah sebagai contoh terbaik bagaimana menjalankan kewajiban kepadaNya. Tidak ada keselamatan kecuali ikut jejak para Nabi. Dan tidak ada keberkahan kecuali bersungguh-sungguh menjalankan ibadah seperti yang para Nabi ajarkan. Itulah tuntunan fitrah. Bahwa setiap manusia tidak akan bisa kembali ke titik fitrahnya tanpa mengikuti ajaran yang disampaikan para Nabi.
Nabi Allah yang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. Dialah penutup para nabi-nabi dan rasul-rasul (Khaatamun Nabiyyiin). Dengan demikian semua tuntunan yang dibawanya pasti seirama dengan Fitrah manusia. Maka dengan ikut Nabi Muhammad SAW secara utuh kita akan menjadi manusia yang kembali ke Fitrah. Karena itu setiap memasuki bulan Ramadhan kita harus berbicara mengenai bagaimana Nabi Muhammad SAW. menjalani ibadahnya selama Ramadhan. Sebab hanya dengan ikut jejaknya kita bisa mencapai hakikat Ramadhan secara mendalam dan sempurna. Rasulullah SAW. pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Artinya bahwa ia dengan Ramadhan tidak bisa kembali ke Fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan adalah tangga kembali menuju Fitrah.
Mengapa semua ibadah itu tidak mengantarkan ke titik fitrah? Di manakah letak salahnya? Jawabanya tentu pada manusianya sendiri. Sebab ternyata masih banyak orang yang masuk Ramadhan tidak maksimal menjalankan ibadah-ibadah yang Allah SWT dan rasulNya ajarkan. Banyak orang masuk Ramadhan sekedar dengan semangat ritual saja, sementara hakikat keilmuan yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang masuk Ramadhan semata menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam hari mereka kembali melakukan banyak dosa. Banyak orang masuk Ramadhan bukan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset-omset maksiat. Banyak orang masuk Ramadhan dengan semangat di awal-awal saja, sementara di akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah SAW beri’tikaf dan memburu malam lailatul qadar, malah ia sibuk dengan keduniawian, bagaimana mencari uang untuk persiapan lebaran (baju baru, ingin pulang kampung) dan sebaginya. Bahkan yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang hanya semangat beribadah di bulan Ramadhan saja, bagitu Ramadhan pergi, semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan. Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, setelah Ramadhan, kembali kosong dan sepi.

Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr ayat 18 Allah SWT menyatakan: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan (instropeksi) apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Semoga Hari Raya 'Idul Fitri 1430 H benar-benar membawa perubahan pada diri kita, kehidupan rumah tangga kita, masyarakat kita, pemerintahan kita, sehingga benar-benar menjadi bangsa yang “Baldatun Thoyibatun wa Robbun Ghofur”, bangsa yang makmur dan sejahtera pada semua lapisan masyarakatnya bukan saja para pemimpin dan kaum elitnya saja dan bangsa yang selalu mendapatkan lindungan, naungan, bimbingan dan ampunan Allah SWT. Amin, Amin Ya Rabal Alamin.

05 September 2009

Bagaimana Ekonomi Negara Kita?


Pemilu 2009 telah berakhir bahkan nama - nama Anggota Dewan Yang Terhormat sudah diumumkan, Pilpres sudah selesai. Bagaimana dengan kelanjutan Program yang katanya akan dilanjutkan oleh salah satu Parpol dalam Pemilihan Presiden?. Kita tahu selama menjelang Pilpres 2009, dengan gencarnya iklan - iklan politik mengatakan Indonesia telah berhasil memperbaiki Ekonominya. Tampaknya ini hanya untuk kepentingan politik saja. Buktinya, Indonesia terjebak utang lagi terhadap IMF.
Indonesia menciptakan utang sebesar 2,7 miliar dollar AS untuk menambah Cadangan Devisa sehingga Cadangan Devisa Indonesia sekarang menjadi 60,3 miliar dollar AS.

Negara - negara donor Indonesia saat ini antara lain:
1. Jepang merupakan Kreditur terbesar dengan USD 15,58 miliar.
2. Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar USS 9,106 miliar
3. Bank Dunia (World Bank) sebesar USD 8,103 miliar.
4. Jerman dengan USD 3,809 miliar, Amerika Serikat USD 3,545 miliar
5. Pihak lain, baik bilateral maupun multilateral sebesar USD 16,388 miliar.

Kita tahu nilai rupiah yang terpampang di dinding Bank - Bank Komerial kelihatannya stabil bertengger di Rp 10.000 per dollar AS sepertinya hemat saya itu nilai semu. Sebab, nilai kurs itu pasti menggerogoti Cadangan Devisa dengan cara campur tangan pemerintah menggelontorkan bantuan likuiditas. Seperti terjadinya kasus di Bank Century yang mencuat dipermukaan saat ini.

Bagi yang tidak mengerti ilmu ekonomi tentu tidak tahu bahwa sebenarnya yang terjadi sekarang ini adalah trik - trik permainan moneter dan adanya permainan politik. Namun semua kebijakan yang diambil pemerintahan sekarang selalu berbuntut terhadap bertambahnya total utang Indonesia yang berarti bertambahanya utang tiap warganegara Indonesia.

Belum lama ini Pemerintah menandatangani kesepakatan pinjaman sebesar USD 300 juta atau sekitar Rp3 triliun dari Badan Prancis untuk Pembangunan (AFD). Pinjaman ini merupakan lanjutan dari utang sebelumnya dari AFD sebesar USD 200 juta atau sekira Rp 2 Triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, pinjaman ini merupakan program pinjaman perubahan iklim (CCPL).
"Tujuannya untuk mendukung reformasi kebijakan yang sedang berjalan dalam menghadapi berbagai isu perubahan iklim," ungkapnya, dalam acara penandatanganan kesepakatan pinjaman tersebut, di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Senin (27/7/2009) yang lalu. Duta Besar Perancis untuk Indonesia Philipe Zeller ikut menandatangani kesepakatan tersebut bersama Perwakilan AFD Joel Daligault. Dirjen menjelaskan, kebijakan penanganan perubahan iklim tersebut mencakup bidang mitigasi (kehutanan dan energi), adaptasi (pertanian dan air), serta isu-isu lintas sektoral.

Analisis terakhir mencatat Utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 31 % dari Rp. 1.275 Triliun pada bulan Desember 2003 menjadi Rp 1.667 triliun pada bulan Januari 2009 atau naik kurang lebih sebesat Rp. 392 Triliun. Utang sebesar ini merupakan utang terbesar Indonesia sepanjang sejarah. Dengan demikian jumlah utang per kapita Indonesia pun meningkat. Jika pada tahun 2004 utang per kapita Indonesia sekitar Rp 5,8 jutan per kepala, maka pada Februari 2009 melonjak jadi Rp 7,7 juta per kepala itu termasuk yang baru lahir. Bahkan beban bunga yang dibayarkan setiap tahunnya juga melenjit dari Rp. 62,5 Trilyun (2004) menjadi Rp. 101,7 trilyun (2009). Wah ini luar biasa pengamatan saya.

Sayapun menjadi heran, utang naik, kenapa dikatakan turun.

Indonesia dalam pertemuan di G-20 yang lalu juga tidak membawa sebuah Agenda Khusus yang membawa kepentingan ekonomi bagi Indonesia sendiri. Apalagi kehadiran Indonesia hanya memperkuat peran IMF dan Bank Dunia serta membuka lebar pintu perdagangan bebas maka sama saja itu akan merugikan Indonesia karena dampak dari perdagangan bebas tersebut akan menjatuhkan Industri Lokal karena pasar akan dibanjiri oleh produk Impor.

Sebenarnya kita juga jangan mau didekte oleh negara - negara maju. Kalau Indonesia sendiri tidak berani memperjuangkan kepentingan ekonominya sendiri ya percuma saja ikut dalam pertemuan dengan Negara - negara maju. Dan kita juga jangan sakit hati kalau dikatakan sama Negara Tetangga, Indonesia adalah Negara Kaya dengan Sumber Daya Alamnya, tetapi masyaratnya selalu Miskin. Kapan kita ini ingin memperbaiki Sistem Ekonomi kita yang selalu mengedepankan Sektor Pertanian dan jangan janji - janji saja sewaktu Kampaye agar mendapat dukungan dari Rakyat. Sebenarnya siapapun yang menjadi Pemimpin Bangsa ini persoalan utang harus menjadi agenda prioritas yang harus segera ditangani. Kalau kita amati bersama memang ada perbedaan yang tajam antara Pandangan Boediono yang dahulu pernah menjadi menteri perekonomian dengan pandangan kelompok strukturalis seperti Rizal Ramli dan Kwik Kian Gie. Boediono menilai Indonesia tak bisa bebas dari utang, karena utang merupakan bagian dari proses kehidupan ekonomi Modern. Yang harus dilakukan adalah memastikan utang digunakan untuk Sektor yang produktif. Disini pengelolaan utang menjadi sangat penting agar jumlahnya tidak melebihi kapasitas untuk melunasi. Namun Rizal Ramli dan Kwi Kian Gie melihat utang sebagai instrumen Modern yang untuk mempengaruhi berbagai kebijakan negara lain. Karena negara penerima utang sering dipaksa untuk memberi banyak kompensasi untuk mendapatkan utang. Contohnya sangat sederhana adalah utang yang kita peroleh dari IMF misalnya hanya cair apabila kita mematuhi sejumlah persyaratan yang sarat dengan kepentingan negara kaya. Yang sangat menarik disini adalah utang tidak jarang dipaksakan untuk diterima. Kita semua tentunya berharap, siapa saja yang berhasil untuk memimpin bangsa ini semoga tanggap dan cepat dapat memperbaiki ekonomi nasional demi mensejahterakan rakyat tumpah darah Indonesia yang saat ini terus ditunggu - tunggu. Semoga !!!

16 Agustus 2009

64 Tahun Sudah Usia Kemerdekaan Negeri Tercinta


Tidak terasa Negara kita Indonesia yang sangat kita cintai ini sudah berusia 64 tahun. Ya sebenarnya kemerdekaan ini belum seberapa bila kita bandingkan dengan kemerdekaan Negara - Negara Barat ataupun Amerika yang lebih dari 200 tahun. Namun kalau kita menengok sejenak Bangsa ini tentunya tidak bisa melupakan dua Tokoh Besar yang menghantarkan Bangsa Indonesia ke gerbang Kemerdekaannya yaitu Soekarno dan Hatta. Tanpa mereka bangsa Indonesia barangkali akan sulit meraih Kemerdekaan. Kita tahu benar bahwa mereka lahir dari keluarga mampu dan terdidik sehingga tidak heran mereka lahir menjadi seorang yang sangat Nasionalis yang berpengaruh. Kita dulu juga pernah duduk di bangku Sekolah Dasar dan mengetahui betul bahwa Kemerdekaan RI yang diproklamirkan Soekarno - Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Cikini, Jakarta Pusat, pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 (tahun Masehi), atau 17 Agustus 2605 (tahun Jepang), atau 17 Ramadan 1365 (tahun Hijriah), sejatinya merupakan tonggak bagi bangsa Indonesia untuk menancapkan sebuah perubahan. Ya, tentunya perubahan dari situasi tertekan, tertindas, menjadi situasi yang merdeka dan berdaulat untuk mewujudkan cita - cita luhur dan mulia sebagai bangsa yang terhormat dan bermartabat di mata Dunia Internasional itulah cita - cita pendahulu kita yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi bangsa yang dia Cintai. Kita juga ingat betul sejak dikumandangkannya Proklamasi 17 Agustus 1945 timbul masalah - masalah baru di negeri ini seperti Agresi ke II, Belanda ingin menduduki negeri ini kembali, Pergolakan G 30 S PKI dan sebagainya. Tetapi yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita mengisi kemerdekaan untuk mensejahterakan rakyat tumpah darah yang kini agaknya kita perlu ada penafsiran ulang terhadap makna kemerdekaan ketika usia negeri ini terus bertambah. Jangan sampai terjadi, jalan kebersamaan yang telah dirintis oleh para pendahulu negeri ini dibelokkan, berubah menjadi ladang yang tandus dan tidak terurus. Kita ingat bahwa negeri kita ada yang mengatakan Gemah Ripah Loh Jinawe. Bahkan, harus ada kesadaran kolektif untuk menjadikan jalan kebersamaan yang mampu mengantarkan segenap rakyat negeri ini menuju harapan dan cita - cita yang diinginkan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni : Membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan berkeadilan sosial.
Untuk membangun cita - cita luhur itu, perlu segenap rakyat dan elite negara perlu bangkit kembali dengan kesadaran sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sesekali, para elite negara, baik dari kalangan eksekutif maupun legislatif, perlu turun ke bawah untuk mendengar jeritan dan derita rakyat yang berkepanjangan dan jangan memberikan harapan - harapan kosong dan memberikan janji semata diwaktu Pemilu dan Pilpres. Seharusnya para elite bisa menafsirkan makna kemerdekaan itu secara tulus, Ikhlas dan jujur. Jangan bertanya lagi masalah esensi dan makna kemerdekaan itu kepada Politisi lagi baik yang ada di Pusat maupun Daerah yang akan ditasirkan dengan kemudahan untuk mendapatkan fasilitas dan penghasilan berlipat - lipat yang selalu ada di depan matanya dan seharusnya rakyatlah yang bisa merasakan buah kemerdekaan itu dalam realitas hidup yang sesungguhnya. Jangan heran kalau rakyat akan menafsirkan makna kemerdekaan dengan beragam jawaban.
Pertanyaannya sekarang, kenapa para elite negara jarang sekali berdialog dengan rakyat bila usai pemilihan Legislatif atau Pilpres? Bagaimana bisa membawa mereka pada tujuan yang diinginkan kalau komunikasi terkunci rapat - rapat? Haruskah rakyat selalu diam seribu bahasa dan hanya mengatakan ya saya serahkan pada wakil rakyat saja dan bagaimana ketika kebijakan penguasa ketika rakyat tiba - tiba saja dibawa sang pengendali negara ke sebuah tujuan yang jauh dari harapan dan cita - cita yang diinginkan oleh para pendahulunya dan kita melihat dan merasakan setiap tahun rakyat selalu dijadikan obyek semata. Harapan kita semoga tidak demikian di tahun mendatang.

05 Agustus 2009

Apa itu Nishfu Sya'ban


Nisfu Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban. Dalam kalangan Islam, Nishfu Sya'ban diperingati menjelang bulan Ramadhan.

Ada suatu riwayat bahwa suatu malam Rasulullah SAW sedang melaksanakan Shalat, kemudian beliau bersujud lama sekali, sehingga aku (A'isyah) menyangka bahwa Rasulullah SAW telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah SAW usai shalat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak - tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam Nishfu Sya'ban, Allah SWT mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang - orang yang dengki" (H.R. Baihaqi).

Bagaimana merayakan malam Nishfu Sya'ban? Biasanya di malam tersebut setelah pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang dan kesehatan, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditingkatkan imannya, biasanya diteruskan dengan shalat Awwabin atau Shalat Tasbih. Dapat juga dengan memperbanyak ibadah dan shalat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri - sendiri. Adapun meramaikan malam Nishfu Sya'ban dengan berlebih - lebihan seperti dengan shalat malam berjamaah, Rasulullah tidak pernah melakukannya. Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya Kiblat dari Masjidil Aqsa ke arah Ka'bah Masjidil Haram.

Adapun apa yang sering dilakukan oleh umat Islam, yaitu Shalat Malam Nishfu Sya'ban cukup dengan do'a - do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rasulullah. Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nishfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal salih lainnya.

22 Juli 2009

Isra' Mi'raj Yang Agung


Siapa yang tidak mengenal peristiwa Isra' Mi'raj yang dialami oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Tepatnya terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab tepatnya satu tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Bahkan Umat Islam di Indonesia setiap tahun selalu memperingati hari besar Islam tersebut.Apa yang melatar belakangi didalam peristiwa Isra' Mi'raj tersebut? Kalau kita melihat ke shirah Nabi banyak hal - hal yang oleh para ulama shirah peristiwa Isra Mi'raj di yakni ada beberapa rangkaian peristiwa menyedihkan yang dialami Rasulullah SAW. Pertama, pemboikotan total yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib. Pemboikotan ini, yang hampir membuat kaum Muslimin mati kelaparan, berlangsung selama 3 (tiga) tahun. Setelah kondisi itu berlalu maka terjadi peristiwa kedua, yaitu meninggalnya dua "pelindung" Rasulullah SAW. Mereka adalah Abu Thalib; paman yang selalu melindungi dan menjaga beliau dari intimidasi kaum kafir Quraisy, serta Siti Khadijah; seorang wanita mulia tempat Rasul bersandar, serta berbagi suka dan duka, ditambah dengan Peristiwa Tha'if yaitu penghinaan dan penganiayaan terhadap Rasulullah SAW dalam menjalankan dakwahnya hingga mengalami cedera. Perlawanan dan penolakan orang-orang kafir semakin keras, maka dalam kondisi yang sangat berat dan tertekan maka Rasulullah SAW menyampaikan dukanya kepada Allah SWT dan merasa tidak mampu membimbing mereka menuju Cahaya Islam.

Dalam situasi tertekan ini, Allah SWT "menghibur" Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril dengan memperjalankannya ke langit melalui peristiwa Isra' Mi'raj. Isra' Mi'raj adalah perjalanan spektakuler yang pernah dilakukan manusia. Betapa tidak, Rasulullah SAW melakukan perjalanan di malam hari dan dalam waktu yang amat singkat 2/3 malam dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Dari Al-Aqsa, Beliau naik ke langit melalui beberapa tingkat, menuju Baitul Makmur, Sidratul Muntaha (tempat tiada berbatas), Arasy (takhta Allah), hingga Beliau menerima wahyu langsung dari Allah SWT tanpa perantaraan Jibril.

Allah SWT dalam Firmannya, "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S.Al Isra' ayat 1).

Isra Mi'raj tidak sekadar perjalanan "hiburan" bagi Rasul. Tetapi peristiwa Isra Mi'raj adalah perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience, seperti dikutip Azyumardi Azra, mengungkapkan bahwa Isra Mi'raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. "Isra Mi'raj," tulisnya, "Benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh dunia gaib".

Bila perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi'raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba menuju Al-Khalik. Isra Mi'raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Perjalanan ini, menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi. Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf.

Salah satu momen penting peristiwa Isra Mi'raj terjadi tatkala Rasulullah SAW "berjumpa" dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, "Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah"; "Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja". Allah SWT pun berfirman, "Assalamu'alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh". Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Ungkapan bersejarah ini kemudian diabadikan sebagai bacaan shalat.

Sebagai pribadi berakhlak mulia, Rasulullah SAW sangat menjauhi sikap egois. Beliau ingin ucapan salam dan "undangan" Allah tersebut dirasakan segenap umatnya. Beliau kembali ke bumi dengan membawa salam keselamatan dari Allah SWT lewat perintah shalat. Inilah kado spesial dari Allah SWT bagi orang-orang beriman.

Menurut Prof Seyyed Hussein Nasr dalam buku Muhammad Kekasih Allah (Mizan, 1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi'raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang kita lakukan sehari-hari. "Shalat adalah mi'raj-nya orang-orang beriman," demikian ungkapan sebuah hadis.

Sabar dan shalat

Andai kita tarik garis merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini. Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi'raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan.

Ketiga hal ini terangkum dengan sangat indah dalam Alquran, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS Al-Baqarah [2]: 45-46). Wallahu a'lam bish-shawab.(Ems)
www.republika.co.id

29 April 2009

Dirgahayu Kota Depok Ke 10

Siapa yang tak kenal Kota Depok hasil pemekaran Kabupaten Bogor?
Kota Depok sekarang menjadi Kota Religius, Pemukiman, Niaga - Jasa dan Kota Berwawasan Lingkungan. Hal inilah Visi dari Pembangunan Daerah Kota Depok hingga tahun 2025. Adapun salah satu Misinya adalah Mengelola perekonomian daerah secara fokus, sefisien dan efektif dengan mengutamakan perhatian kepada sektor - sektor yang memberikan nilai tambah dan pertumbuhan tertinggi. Kota Depok terletak pada 6*19'00" - 6*28'00" Lintang Selatan dan 106*43'00" - 106*55'30" Bujur Timur. Posisi yang strategis karena terletak pada poros wilayah Jabodetabek dengan memiliki tingkat mobilitas penduduk yang tinggi. Bahkan Kota Depok identik dengan Icon Buah Blimbing yang dibudidayakan di Wilayah Kecamatan Sawangan yaitu tepatnya di Kelurahan Bedahan dan Pasir Putih. Kini usia Kota Depok setelah dimekarkan oleh Kabupaten Bogor sejak tahun 1999 kini sangat maju pesat setelah menginjak usianya yang ke 10 tahun tepatnya pada tanggal 27 April 2009.
Bagaimana Cerita Kota Depok yang sebenarnya dan bagaimana sejarahnya? Saya pernah membaca di berbagai artikel atau ulasan media cetak seperti Monitor Depok dan buku - buku sejarah, mungkin saya hanya dapat memberikan secuil gambaran tentang sejarah Kota Depok.

Depok Zaman Prasejarah
Di Wilayah Depok banyak penemuan benda bersejarah dan sekitarnya menunjukkan bahwa Depok telah berpenghuni sejak zaman prasejarah. Pene¬muan tersebut itu berupa Menhir "Gagang Golok", Punden berundak "Sumur Bandung", Kapak Persegi dan Pahat Batu, yang merupakan peninggalan zaman megalit. Juga penemuan Paji Batu dan sejenis Beliung Batu yang merupakan peninggalan zaman Neolit.

Depok Zaman Padjajaran
Pada abad ke-14 Kerajaan Padjajaran diperintah seorang raja yang diberi gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan, yang lebih dikenal dengan gelar Prabu Siliwangi. Di sepanjang Sungai Ciliwung terdapat beberapa kerajaan kecil di bawah kekuasaan kerajaan ini, diantaranya Kerajaan Muara Beres. Sampai Karadenan terbentang benteng yang sangat kuat sehingga mampu bertahan terhadap serangan pasukan Jayakarta yang dibantu Demak, Cirebon dan Banten.
Depok berjarak sekitar 13 km sebelah utara Muara Beres. Jadi wajar apabila Depok dijadikan front terdepan tentara Jayakarta saat berperang melawan Padjajaran. Hal itu dibuktikan dengan:
• Masih terdapatnya nama-nama kampung atau desa yang menggunakan bahasa Sunda antara lain Parung Serang, Parung Belimbing, Parung Malela, Parung Bingung, Cisalak, Karang Anyar dan lain-lain.
• Dr. NJ. Krom pernah menemukan cincin emas kuno pening¬galan zaman Padjajaran di Nagela, yang tersimpan di Museum Jakarta.
• Tahun 1709 Abraham Van Riebeck menemukan benteng kuno peninggalan kerajaan Padjajaran di Karadenan.
• Di rumah penduduk Kawung Pundak sampai sekarang masih ditemukan senjata kuno peninggalan zaman Padjajaran. Senjata ini mereka terima turun-temurun.

Depok Zaman Islam
Pengaruh Islam masuk ke Depok diperkirakan pada 1527, dan masuknya agama Islam di Depok bersamaan dengan perlawanan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut Verenigde Oost-lndische Compagnie (VOC) yang pada waktu itu berkedudukan di Batavia. Hubungan Banten dan Cirebon setelah Jayakarta direbut VOC harus melalui jalan darat. Jalan pintas terdekat yaitu melalui Depok. Karena itu tidaklah meng¬herankan kalau di Sawangan dan banyak peninggalan-peninggalan tentara Banten berupa :
• Kramat Beji yang terletak antara Perumnas Depok I dan Depok Utara. Di sekitar tempat itu terdapat tujuh sumur dan sebuah bangunan kecil yang terdapat banyak sekali senjata kuno seperti keris, tombak dan golok peninggalan tentara Banter saat melawan VOC. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah itu bukanlah petani melainkan tentara pada jamannya. Informasi dari Kuncen turun temurun, bahwa tempat itu sering diadakan pertemuan antara tentara kerajaan Banten dan Cirebon. Di tempat itu biasanya diadakan latihar bela diri dan pendidikan agama yang sering disebut pade¬pokan. Kemungkinan nama Depok juga bersumber dari Pa¬depokan Beji.
• Di Pandak (Karadenan) terdapat masjid kuno yang merupakan masjid pertama di Bogor. Lokasi masjid ini dengan Bojong Gede hanya terhalang Sungai Ciliwung. Masjid ini dibangun Raden Safe'i cucu Pangeran Sangiang bergelar Prabu Sura¬wisesa, yang pernah menjadi raja mandala di Muara Beres. Di rumah-rumah penduduk sekitar masjid ini masih terdapat senjata-senjata kuno dan beberapa buah kujang peninggalan zaman Padjajaran. Jadi masjid dibangun tentara padjajaran yang masuk Islam kurang lebih tahun 1550.
• Di Bojong Gede terdapat makam Ratu Anti atau Ratu Mae¬munah, seorang prajurit Banten yang berjuang melawan padja¬jaran di kedungjiwa. Setelah perang selesai suaminya (raden pakpak) menyebarkan agama Islam di Priangan, sedangkan ratu anti sendiri menetap di bojonggede sambil menyebarkan agama Islam sampai meninggal.

Depok Zaman Kolonial
"...Maka hoetan jang laen jang disabelah timoer soengei Karoekoet sampai pada soengei besar, anakkoe Anthony Chastelein tijada boleh ganggoe sebab hoetan itoe misti tinggal akan goenanya boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan toeroen-temoeroennja tijada sekali-sekali boleh potong ataoe memberi izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe... dan mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi meroesakkan hoetan itoe dan kasoekaran boeat toeroen-temoeroennja,..."

Penggalan kalimat dengan ejaan van Ophuijsen itu adalah hasil terjemahan Bahasa Belanda kuno dari surat wasiat tertanggal 14 Maret 1714 yang ditulis tangan Cornelis Chastelein, seorang Belanda, tuan tanah eks pegawai (pejabat) Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Tiga bulan kemudian Chastelein meninggal dunia, persisnya 28 Juni 1714. Cornelis Chastelein itulah yang disebut cikal bakal berdirinya Kota Depok sekarang. Di bawah wewenang Kerajaan Belanda ketika itu (1696), ia diizinkan membeli tanah yang luasnya mencakup Depok sekarang, ditambah sedikit wilayah Jakarta Selatan plus Ratujaya, Bojong Gede, Kabupaten Bogor sekarang.
Meneer Belanda itu menguasai tanah kira-kira luasnya 1.244 hek¬tare, setara dengan wilayah enam kecamatan zaman sekarang. Yang menarik dari surat wasiatnya, ia melukiskan Depok waktu itu yang dihiasi sungai, hutan, bambu rimbun, dan sengaja ditanam, tidak boleh di¬ganggu.
Sungai Krukut yang disebut-sebut dalam surat wasiat itu boleh jadi berhubungan dengan wilayah Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok sekarang, persisnya di selatan Cinere. Jika ada penggilingan tebu, niscaya ada tanaman tebu. Pastilah tanaman tebu itu terhampar luas dengan pengairan cukup. Bisa dibayangkan betapa elok Depok waktu itu.
Depok dan Bogor menjadi wilayah kekuasaan VOC sejak 17 April 1684, yaitu sejak ditandatanganinya perjanjian antara sultan haji dari Banten dengan VOC. Pasal tiga dari perjanjian tersebut adalah Cisadane sampai ke hulu menjadi batas wilayah kesultanan Banten dengan wilayah kekuasaan VOC.
Saat pemerintahan Daendels, banyak tanah di Pulau Jawa dijual kepada swasta, sehingga muncullah tuan tanah-tuan tanah baru. Di daerah Depok terdapat tuan tanah Pondok Cina, Tuan Tanah Mampang, Tuan Tanah Cinere, Tuan Tanah Citayam dan Tuan Tanah Bojong Gede.
Pada masa kejayaan VOC sejak akhir abad ke-17 hingga per¬tengahan abad ke-18 hampir semua orang Belanda di Batavia dan sekitarnya yang kaya raya memiliki sejumlah besar pekerja. Tumbuh kembangnya jumlah pekerja antara lain disebabkan kemenangan¬kemenangan yang diraih VOC atau Belanda dalam menguasai suatu daerah, yang kemudian diangkut ke Pulau Jawa.

Pada era tersebut, hidup seorang tuan tanah dermawan yang juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan agama Kristen di Batavia dan sekitarnya. Beliau adalah Cornelis Chastelein yang menjadi anggota Read Ordinair atau pejabat pengadilan VOC. Ayahnya Antonie Chastelein, adalah seorang Perancis yang menyeberang ke Belanda dan bekerja di VOC. Ibunya Maria Cruidenar, putri Wali Kota Dordtrecht. Sinyo Perancis-Belanda ini menikah dengan noni holland Catharina Van Vaalberg. Pasangan ini memiliki seorang putra, Anthony Chastelein, dan kawin dengan Anna De Haan.
Saat menjabat pegawai VOC, kariernya cepat melejit. Namun, saat terjadi perubahan kebijakan karena pergantian Gubernur Jenderal VOC dari J. Camphuys ke tangan Willem Van Outhorn, ia hengkang dari VOC. Sebagai agamawan fanatik, Cornelis tidak senang melihat praktek kecurangan VOC. Borok-borok moral serta korupsi di segala bidang lapisan pihak Kompeni Belanda selaku penguasa sangat berten¬tangan dengan hati nurani penginjil ini. Maka ia tetap bersikukuh keluar dari VOC, beberapa saat sebelum Gubernur Jenderal VOC Johannes Camphuys mengalihkan jabatannya kepada Willem Van Outhorn.
Pada 18 Mei 1696, ia membeli tiga bidang tanah di hutan sebelah selatan Batavia yang hanya bisa dicapai melalui Sungai Ciliwung dan jalan setapak. Ketiga bidang tanah itu terletak di 6ilangan Mampang, Karanganyar, dan Depok. Tahun itu juga, ia mulai menekuni bidang per¬tanian di bilangan Seringsing (Serengseng).
Untuk menggarap lahan pertaniannya yang luas itu, ia menda¬tangkan pekerja dari Bali, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Ter¬nate, Kei, Jawa, Batavia, Pulau Rate, dan Filipina. Semuanya berjumlah sekitar 120 orang. Atas permintaan ayahnya dulu, ia pun menyebarkan agama Kristen kepada para budaknya. Perlahan muncul di sini sebuah padepokan Kristiani yang disebut De Eerste Protestante Organisatie van Kristenen, disingkat Depok. Semboyan mereka Deze Einheid Predikt Ons Kristus yang juga disingkat Depok.
Menjelang ajalnya, 13 Maret 1714, Cornelis Chastelein menulis wasiat berisi antara lain, mewariskan tanahnya kepada seluruh pe¬kerjanya yang telah mengabdi kepadanya sekaligus menghapus status pekerja menjadi orang merdeka. Setiap keluarga bekas pekerjanya memperoleh 16 ringgit. Hartanya berupa 300 kerbau pembajak sawah, dua perangkat gamelan berlapis emas, 60 tombak perak, juga dihi¬bahkannya kepada bekas pekerjanya. Pada 28 juni 1714 Cornelis Chas¬telein meninggal dunia, meninggalkan bekas budaknya yang telah melebur dalam 12 marga yaitu Jonathans, Leander, Bacas, Loen, Samuel, Jacob, Laurens, Joseph, Tholens, Isakh, Soediro, dan Zadhoks. Marga itu kini hanya tinggal 11 buah karena marga Zadoks telah punah.

Anthony, putra Cornelis Chastelein, meninggal pada 1715, satu tahun setelah ayahnya meninggal. Istri Anthony kemudian menikah dengan Mr. Joan Francois De Witte Van Schooten, anggota dari Agtb. Raad van Justitie des casteels Batavia.
Di Depok saat ini masih terdapat Lembaga Cornelis Chastelein (LCC) yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Lembaga itu dibentuk 4 Agustus 1952 dihadapan Notaris Soerojo dengan perwakilan diantaranya J.M Jonathans dan F.H Soedira.
Sementara itu, keturunan pekerja yang dimerdekakan Cornelis Chastelein itu biasa disebut Belanda Depok. Namun RM Jonathans, salah satu tokoh YLCC menyebut julukan itu tidak kondusif, seolah olah memberi pembenaran bahwa komunitas tadi merupakan repre¬sentasi masyarakat Belanda yang ada di Indonesia, yang ketika itu menjajah Indonesia.
Sejak saat ini Depok terus bertumbuh dan berkembang menjadi kawasan hunian yang ramai. Pada 1871 pemerintah Hindia Belanda memutuskan menjadikan Depok wilayah otonom sendiri. Sejak itu, Depok yang kala itu telah memiliki daerah teritorial sekitar 1.249 hektare, diperintah seorang residen sebagai Badan Pemerintahan Depok tertinggi.
Depok Zaman Jepang
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, HEIHO dan Pembela Tanah Air (PETA) dibubarkan. Putra-putri HEIHO dan PETA kembali ke kam¬pungnya. Mereka diperbolehkan membawa perlengkapan kecuali sen¬jata. Diproklamirkannya Indonesia pada 17 Agustus 1945, para pemuda Depok khususnya bekas HEIHO clan PETA terpanggil hatinya untuk berjuang. Pada September 1945 diadakan rapat yang pertama kali di sebuah rumah di Jaian Citayam (sekarang Jalan Kartini). Hadir saat itu seorang bekas PETA (Tole lskandar), tujuh orang bekas HEIHO dan 13 pemuda Depok lainnya.
Pada rapat tersebut diputuskan dibentuk barisan keamanan Depok yang seluruhnya berjumlah 21 orang dengan komandannya Tole Iskandar. Ke-21 orang inilah sebagai cikal bakal perjuangan di Depok.

Terbentuknya Kota Administratif Depok
Waktu terus bergulir seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tahun 1976, permukiman warga mulai dibangun dan berkembang terus hingga akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif (Kotif) Depok. Pembentukan Kotif Depok itu diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri, yang saat itu dijabat oleh H Amir Mahmud.
Bersamaan dengan perubahan status tersebut, berlaku pula Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 43 tahun 1981, tentang pembentukan Kotif Depok yang meliputi tiga Kecamatan. Yakni, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sukmajaya. Ketiga Kecamatan itu memiliki luas wilayah 6.794 hektare dan terdiri atas 23 Kelurahan.
Lantaran tingginya tingkat kepadatan penduduk yang secara ad¬ministratif telah mencapai 49 orang per hektare dan secara fungsional mencapai 107 orang per hektare, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 6,75 persen per tahun, dan pemikiran regional, nasional, dan Internasional akhirnya konsep pengembangan Kotif Depok mulai dirancang menuju kerangka Kota Depok
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diperlukan beragam upaya perwujudan organisasi yang memiliki otonom sendiri, yaitu Kota Madya Depok atau Kota Depok.

Terbentuknya Kota Depok
Pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang kian mendesak, tuntutan Depok menjadi kotamadya menjadi semakin mak¬simum. Di sisi lain Pemda Kabupaten Bogor bersama pemda Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tersebut, dan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bogor, 16 Mei 1994, Nomor 135/SK, DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan DPRD Propinsi Jawa Barat, 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep, Dewan.06IDPRD/1997 tentang Persetujuan Pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Depok maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administratif baru ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kota Madya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada 20 April 1999.

Kota Depok itu sendiri diresmikan 27 April 1999 berbarengan dengan pelantikan Pejabat Wali Kota Madya Kepala Daerah Tk. I I Depok, Drs. H. Badrul Kamal, yang pada waktu itu menjabat sebagai Wali Kota Administratif Depok.
Momentum peresmian kotamadya ini dapat dijadikan landasan bersejarah dan tepat dijadikan hari jadi kota Depok. Wilayah Kota Depok diperluas ke Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian Kecamatan Bojong Gede yang terdiri dari Desa Bojong Pondok Terong, Ratujaya, Pondok Jaya, Cipayung, dan Cipayung Jaya. Hingga kini wilayah Depok terdiri dari enam kecamatan terbagi menjadi 63 kelurahan, 772 RW, 3.850 RT serta 218.095 Rumah Tangga.
Depok menjadi salah satu wilayah termuda di Jawa Barat dengan luas wilayah sekitar 207.006 km2 yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi.
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan masuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Ke¬camatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.
Walikota Depok
• Drs. Moch. Rukasah Suradimadja (1982-1984)
• Drs. H. M. I. Tamdjid (1984-1988)
• Drs. H. Abdul Wachyan (1988-1991)
• Drs. H. Sofyan Safari Hamim (1992-1996)
• Drs. H. Badrul Kamal (1997-2005)
• Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, Msc. (2005-2010) (dilantik tanggal 26 Januari 2006)
Jumlah penduduk & luas wilayah
Luas Wilayah : 20.504,54 Ha (200,29 km).
Jumlah Penduduk 1.313.495 (pada tahun 2003)

Terdiri dari 6 Kecamatan, 63 Kelurahan:
1. Kecamatan Pancoran Mas
2. Kecamatan Beji
3. Kecamatan Sukmajaya
4. Kecamatan Cimanggis
5. Kecamatan Sawangan
6. Kecamatan Limo

Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota Depok
Kecamatan Pancoran Mas dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Depok, dengan jumlah penduduk 247.426 jiwa dan luas wilayah 1.969,57 hektare dan terdiri dari 11 kelurahan:
1. Kelurahan Bojong Pondok Terong
2. Kelurahan Cipayung
3. Kelurahan Cipayung Jaya
4. Kelurahan Depok
5. Kelurahan Depok Jaya
6. Kelurahan Mampang
7. Kelurahan Pancoran Mas
8. Kelurahan Pondok Jaya
9. Kelurahan Rangkapan Jaya
10. Kelurahan Rangkapan Jaya Baru
11. Kelurahan Ratujaya
Kecamatan Beji dengan Pusat Pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Beji dengan jumlah penduduk sebanyak 127.581 jiwa dan luas wilayah 1.631,00 hektare terdiri dari 6 kelurahan:
1. Beji
2. Beji Timur
3. Kemiri Muka
4. Pondok Cina
5. Kukusan
6. Tanah Baru
Kecamatan Sukmajaya dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Mekar Jaya dengan jumlah penduduk sebanyak 293.386 jiwa dan luas wilayah 3.267,77 hektare terdiri dari 11 kelurahan:
1. Kalimulya
2. Jatimulya
3. Kalibaru
4. Cilodong
5. Sukamaju
6. Sukmajaya
7. Tirtajaya
8. Mekar Jaya
9. Abadijaya
10. Bakti Jaya
11. Cisalak
Kecamatan Cimanggis dengan pusat pemerintahan yang berkedudukan di Kelurahan Cisalak pasar kecamatan Cimanggis dengan jumlah penduduk 357.204 jiwa dan luas wilayah 5.111,59 hektare terdiri dari 13 kelurahan:
1. Cilangkap
2. Cimpaeun
3. Tapos
4. Leuwinanggung
5. Jatijajar
6. Sukamaju Baru
7. Curug
8. Sukatani
9. Harjamukti
10. Cisalak Pasar
11. Mekarsari
12. Tugu
13. Pasir Gunung Selatan
Kecamatan Sawangan dengan pusat pemerintahan yang berkedudukan di Kelurahan Sawangan dengan jumlah penduduk 154.621 jiwa dan luas wilayah 8.437,50 hektare. Terdiri dari 14 kelurahan:
1. Duren Mekar
2. Duren Seribu
3. Pengasinan
4. Bedahan
5. Pasir Putih
6. Sawangan Baru
7. Sawangan Lama
8. Bojongsari Lama
9. Bojongsari Baru
10. Curug
11. Pondok Petir
12. Serua
13. Kedaung
14. Cinangka

Kecamatan Limo dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Kelurahan Limo Kecamatan Limo dengan jumlah penduduk 133.277 jiwa dan luas wilayah 2.771,40 hektare terdiri dari 8 kelurahan:
1. Pangkalan Jati Baru
2. Pangkalan Jati Lama
3. Gandul
4. Krukut
5. Grogol
6. Limo
7. Meruyung
8. Cinere

Kabar yang sangat menggembirakan bahwa Kota Depok yang usianya baru menginjak 10 tahun namun pertumbuhan ekonominya dijadikan patokan standar ekonomi nasional dan semoga masyarakatnya menjadi masyarakat yang makmur sejahtera dan berkeadilan sosial. Amin, Amin ya Robbil Aalamiin.

25 April 2009

Keluarga Besar Taksisman HW dan Setijono Berduka


Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un. Sudah satu minggu berlalu tepatnya hari Sabtu, 18 April 2009 jam 15.30 Wib. Keluarga Besar Taksisman HW, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong Science Centre, berduka cita. Ia salah seorang Putra terbaik keluarga dan Dosen Pascasarjana, Program Studi Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Staf Pengajar di Universitas Pelita Harapan (UPH) LIPPO Karawaci Tangerang Banten dan sebagai Widyaiswara di Pusdiklat Peneliti LIPI telah berpulang ke Rahmatullah. DR. Ir. Muhammad Ahkam Subroto ,M.App.Sc, APU, Lahir di Blora, 02 Januari 1964 meninggal Sabtu sore (18/04) pukul 15.10 WIB di Tangerang, Banten, akibat sakit.Ia meninggalkan seorang Istri yaitu Ir. Nina Artanti ,MSc dan 2 (dua) orang anak yaitu Daisy Almasetiyanti Subroto dan Muhammad Adil Setiyanto Suhodo.

DR. Ir. Muhammad Ahkam Subroto ,M.App.Sc ,APU, atau yang biasa lebih dikenal dengan sebutan "AHKAM (Totok)" adalah putra ke 2 dari Bapak Taksisman HW, adalah seorang Dosen Pascasarjana, Program Studi Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 1998.

Dr. Ir. Muhammad Ahkam Subroto ,M.App.Sc ,APU. Tahun 1991 menyelesaikan studinya dan Gelar Master of Applied Science (M.App.Sc) bidang Bioteknologi diraih dari Departement of Biotechnology, The University of New South Wales, Sydney, Australia. Gelar Doctor of Phylosophy (Ph.D) juga diraih dari Departement of Biotechnology, The University of New South Wales, Sydney, Australia tahun 1995. Penghargaan yang diperoleh adalah Peneliti Muda tahun 1997 dan Satya Lencana Karya Satya 10 tahun, tahun 2001. Pada bulan Oktober 2005 ia diangkat sebagai Staf Ahli Peneliti Utama (APU) Bidang Bioteknologi di Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI.

Jenazah Almarhumah disemayamkan di Rumah Duka Perumahan Kehakiman Tanah Tinggi Tangerang dan dikebumikan pada hari Minggu, 19 April 2009 di TPU Gambiran Tanah Tinggi Tangerang pukul 10.00 Wib.

Selamat jalan Tok, semoga Amal dan Ibadahmu, diterima di sisi-Nya dan semua kesalahan dan ke khilafan diampuni oleh Robbi Illahi dan diberikan tempat yang terbaik disisinya mengingat jasamu dalam dunia penelitian untuk umat manusia dibandingkan dengan apa yang kamu peroleh harta dunia untuk pribadimu dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan dan ketabahan. Amin...Amin Ya Robbal Alamin.

29 Maret 2009

Caleg Harus Memiliki Track Record


Perhelatan Pesta Demokrasi di Indonesia akan dimulai hari Kamis 09 April 2009. Namun suhu Politik di Tanah Air sudah terasa sejak 3 bulan yang lalu bahkan di sudut - sudut jalan utama di seluruh negeri terpampang ratusan bahkan ribuan Spanduk, Bendera, umbul - umbul bahkan supaya masyarakat dapat melihat dengan jelas para Calon Legislatif (Caleg) di sekelilingnya mencalonkan diri mendirikan Baleho, tanpa mengindahkan peratura - peraturan dan keindahan Kota, mengganggu rambu Lalu Lintas dsb. Perlu kita ketahui bersama bahwa Negeri ini sudah Merdeka dari belenggu penjajahan hampir 64 tahun. Namun didalam benak kita apa yang sudah didapat dari kemerdekaan negeri ini demi memakmurkan masyarakatnya. Bahkan dalam UU Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 berbunyi: " Bumi, Air yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar - besarnya untuk kemakmuran Rakyat". Namun apakah kita sebagai rakyat sudah dapat menikmati kemakmuran di negeri ini yang kaya raya gemah ripah loh jinawe? Saya hanya bisa memberikan pertanyaan seperti itu dan jawaban ada pada diri masing - masing. Hemat saya Calon Legislatif itu harus memiliki Track Record dengan rakyat dan harus memiliki komitmen perjuangan dalam memberantas Kemiskinan,Kebodohan dan Korupsi yang masih meraja lela disegala bidang kehidupan kita serta mau mendengarkan aspirasi rakyat dan berkorban demi masyarakatnya. Para Caleg di Pemilu tahun 2009 ini banyak terlihat masih muda dan masih belia. Bahkan tidak memiliki Track Record yang jelas dilingkungannya baik di Ormas - Ormas ataupun di Organisasi Kemasyarakatan lainnya. Mungkin ada satu atau dua dan seterusnya, tetapi tidak terlihat kegiatan yang dapat dirasakan oleh masyarakatnya 5 tahun atau 10 tahun kebelakang. Namun tiba - tiba muncul di ajang pesta Demokrasi Tahun 2009 ini. Bagaimana bisa membenahi Wilayahnya atau masyarakatnya kalau figur Caleg tidak memiliki Visi dan Misi perjuangan yang jelas untuk kepentingan masyarakatnya. Sebenarnya masyarakat atau rakyat sekarang sudah menolak para Politisi dan Caleg busuk dan memilih aktivis dan tokoh muda pergerakan serta harus berani Caleg membuat kontrak kerja 2 tahun jika gagal maka yang bersangkutan harus berani meletakkan jabatannya atau mundur tidak usah seperti Jepang harus Harakiri. Hemat saya para Caleg masih belia jangankan untuk memberikan solusi untuk masyarakatnya untuk kehidupan dirinya sendiri belum terlihat adanya kemapanan hidup. Bagaimana bisa memberikan solusi untuk negeri ini kalau dirinya sendiri masih membutuhkan uluran tangan orang lain. Ya kita hanya bisa mendo'akan semoga masyarakat kita dapat memilih Caleg yang memiliki potensi, Jujur, akhlakkul karimah dan memiliki integritas yang tinggi demi kemakmuran masyarakatnya. Semoga, semoga dan semoga !!!!!