08 Desember 2008

Menuju Haji Mabrur


Istriku yang saya sayangi dan cintai berkeinginan untuk berangkat haji sejak tahun 2000 dan tahun 2006 mendaftarkan diri dengan susah payah namun dapat berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan Ibadah Haji dapat terkabul pada tahun 2008. Persiapan - persiapan untuk menuju Baitullah sudah disiapkan sejak awal tahun 2007 dan saya tahu betul bagaimana untuk menjadi Haji Mabrur.

Ibadah haji merupakan ibadah yang paling akhir diwajibkan oleh Allah SWT setelah Salat, Zakat, dan Puasa. Menurut jumhur ulama, Haji diwajibkan oleh Allah pada tahun ke-9 Hijriah. Pada tahun ini, kaum muslimin untuk pertama kalinya menunaikan ibadah haji dengan Abu Bakar Siddik bertindak sebagai Amir al-Haj. Rasulullah saw sendiri
melakukannya pada tahun berikutnya. (Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, 2/220).

Haji Mabrur tidak dapat diperoleh hanya dengan modal materi yang cukup untuk ke Tanah Suci atau fisik yang kuat untuk melaksanakan setiap manasik haji. Tetapi harus dengan usaha yang luar biasa dan sungguh - sungguh dan persiapan yang matang.

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan adalah :

1. KEMAUAN YANG KUAT DAN NIAT YANG IKHLAS

Haji tidak mungkin dapat dilaksanakan kecuali dengan kemauan yang kuat. Sementara ibadah Haji juga tidak akan diterima Allah SWT kecuali dengan dengan niat yang ikhlas. Kemauan dan Keikhlasan adalah 2 (dua) hal yang harus terus dijaga dan ditumbuhkan dalam hati, karena keduanya dapat berubah sewaktu - waktu.

2. HARTA YANG BERSIH

Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik. Bersihkan harta yang akan digunakan untuk melaksanakan ibadah Haji.

3. KETAKWAAN YANG KUAT

Ketakwaan yang kuat adalah modal berhaji yang sangat penting, sampai - sampai Allah berpesan dalam konteks Haji secara khusus "Berbekallah kamu dan sebaik - baik bekal adalah Takwa" (Q.S. 2 : 197). Semakin kuat ketakwaan kita, maka semakin baik Haji kita. Takwa adalah bekal yang tidak bisa dipersiapkan mendadak. Untuk memperkuat takwa di dalam diri dibutuhkan waktu dan usaha yang keras dengan berbagai ibadah dan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. ILMU TENTANG MANASIK HAJI

Ibadah apapun termasuk Haji tidak akan diterima Allah kecuali memenuhi 2 (dua) syarat yaitu niat yang ikhlas dan pelaksanaan ibadah Haji yang sesuai dengan tuntunan Rasullulah SAW. Maka pelajari dan pahami tuntunan pelaksanaan Haji sesuai Sunnah Rasullulah SAW sebelum berangkat Haji.

5. ILMU TENTANG MAKNA AMALAN IBADAH HAJI

Ibadah Haji akan menjadi ibadah yang kosong nilainya apabila kita laksanakan dengan tanpa memahami dan merasakan makna - makna yang terkandung di dalamnya. Satu indikasi penting ke mabruran Haji kita adalah bahwa kita dapat mengaplikasikan nilai - nilai yang terkandung dalam ibadah Haji pada kehidupannya sehari - hari setelah pulang Haji. Ini tentunya tidak mungkin tercapai kalau kita tidak memahami nilai - nilai tersebut. Sebab Ibadah haji, seperti halnya semua ibadah dalam Islam, mengandung ajaran moral yang amat tinggi dan luhur. Dengan ibadah Haji, tulis
Sa'id Hawwa dalam kitab Al-Islam, seorang dapat belajar tentang banyak hal, terutama tentang persaudaraan Islam (Ukhuwwah Islamiyah), persamaan manusia (Al-Musawah) , dan persatuan umat. Dengan haji pula, seorang dapat belajar tentang perjuangan, kesabaran, kesediaan untuk bekorban tanpa pamrih, toleransi dan kepedulian terhadap sesama.

6. ILMU TENTANG HAL - HAL YANG MERUSAK IBADAH HAJI

Seperti Riya, Takabbur, Rafast, Fusuq, Jidal dan lain - lain. Ini sangat penting karena terkadang kita telah merasa melaksanakan ibadah dengan baik, namun ternyata dengan melakukan satu hal saja yang dilarang maka nilai ibadah kita menjadi kurang di hadapan Allah SWT.
Dalam Alquran, kepada setiap pelaku ibadah haji, Allah SWT berpesan: "Barangsiapa menetapkan niatnya untuk mengerjakan haji pada bulan itu, maka ia tak boleh rafats, fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa melaksanakan haji". (Al-Baqarah, 197).

Menurut pendapat banyak mufassir, setiap pelaku ibadah Haji, berdasarkan ayat di atas, dilarang keras melakukan 3 (tiga) hal.
a. Mengeluarkan perkataan yang keji dan kotor atau perkataan tak senonoh yang mengundang birahi (rafats).
b. Melakukan kejahatan dan berbagai tindakan yang menentang dan melawan hukum-hukum Allah (fusuq).
c. Menciptakan permusuhan di antara sesama manusia dengan membanggakan diri dan merendahkan orang lain (jidal).

Menurut Imam Al-Ghazali, makna terpenting dari larangan yang terkandung dalam ayat di atas, ialah terwujudnya kualitas-kualitas moral (Akhlak al-Karimah) bagi para pelaku ibadah Haji itu.


7. PEMBIMBING DAN TEMAN YANG BAIK DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH

Seluruh bekal di atas akan mudah disiapkan dan seluruh proses ibadah Haji menjadi mudah dan nikmat apabila kita mendapatkan 2 hal yaitu :

Pertama :

Pembimbing ibadah yang sangat bertanggung jawab kepada Allah SWT, terhadap ibadah Haji yang kita laksanakan, memotivasi kita untuk dapat menyempurnakan ibadah Hajinya bukan sebaliknya, membimbing kita untuk dapat memahami dan menanamkan makna - makna Haji dalam diri kita sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari - hari.

Kedua :

Teman yang mempunyai motivasi yang kuat untuk beribadah kepada Allah SWT. Teman yang baik akan mendorong kita menjadi baik. Teman yang malas akan membuat kita menjadi malas. Rasullulah SAW bersabda, seseorang akan mempunyai perilaku seperti temannya maka hendaknya setiap kamu memperhatikan siapa yang kamu jadikan teman.

Setelah saya amati pada diri Istriku yang saya Sayangi dan Cintai ternyata apa yang saya kemukakan diatas memenuhi syarat Istriku untuk berangkat Haji dan untuk meraih Haji yang Makbul dan Mabrur. Namun semua itu saya serahkan kepada Allah SWT yang mempuyai hak atas hambanya dan hambanya hanya bisa berserah diri dan berusaha. (Wallahu'alam, Insya Allah). Amin