30 Oktober 2011

Kurban dan Rahasia Keagungan Nabi Ibrahim a.s


Tinggal sepekan lagi Hari Raya ‘Idul Adha akan tiba. Apakah kita sudah mengikuti keteladadan Nabi Ibrahim a.s.?

Hari Raya ‘Idul Adha (di Republik Indonesia, Hari Raya Haji, bahasa Arab: عيد الأضحى) adalah sebuah Hari Raya Islam selalu mengingatkan kita pada kisah manusia besar, yakni Nabi Ibrahim a.s (Abraham), sang teladan, pemimpin manusia dan kemanusiaan.

Hari Raya ‘Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari itu jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari itu juga beserta hari - hari Tasyrik diharamkan berpuasa bagi umat Islam.

Pusat perayaan ‘Idul Adha adalah di sebuah Desa kecil di Arab Saudi yang bernama Mina, dekat Mekkah. Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang naik Haji.

Hari 'Idul Adha merupakan puncaknya Ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim.
Prosesi Haji sendiri sebagian besar merupakan Napak Tilas sekaligus mengungkap keteladanan Nabi Ibrahim a.s. Ka’bah, Thawwaf, Sa’i, Sumur Zam - Zam dan Kurban, semuanya menjadi saksi sepanjang Sejarah tentang perjuangan Nabi Ibrahim a.s beserta keluarganya dalam menempuh kehidupan, menggapai kemuliaan dan menegakkan prinsip - prinsip Tauhid.

Betapa mulia dan tingginya kebesaran dan prestasi Nabi Ibrahim a.s dalam mengarungi kehidupan, tercermin pada gelar - gelar yang diberikan Allah SWT kepadanya. Beliau adalah seorang Ulul Azmi (Q.S. Al-Ahqaf : 35), Nabi yang sangat jujur (Q.S. Maryam : 41), Hanif (Q.S. An-Nahl: 120), Kekasih Allah (Q.S. An-Nisa’: 125), Pemulia Tamu (Q.S. Adz-Dzariyat: 24-28), Uswah Hasanah (Q.S. Al-Mumtahan: 4), Cerdas (Q.S. Al-Anbiya: 63), Pembina Rumah Ibadah Pertama (Q.S. Ali- Imran: 96), Manusia yang disebut Ummah (Q.S. An-Nahl: 120), Teladan dalam Berkurban (Q.S. Ash-Shoffat: 104-107), serta pengangkatan Ibrahim sebagai Pemimpin Ummat Manusia (Q.S. Al-Baqarah: 124).

Apa sebenarnya yang menjadi rahasia keagungan Nabi Ibrahim a.s, sehingga beliau diangkat Allah SWT. menjadi pemimpin Umat Manusia?

1. Lurus dalam bertauhid. Nabi Ibrahim a.s memahami hakikat Tuhan melalui pencarian Intelektual dan Spiritual yang meletihkan. Akhirnya, ia mendapatkan jawaban dengan meyakinkan. Beliau mendapat hidayah. Bukan bintang, bukan bulan dan bukan pula matahari yang berhak dan pantas disembah, tetapi Allah SWT. Dzat yang menciptakan Langit dan Bumi. (Q.S. Al-An’am : 74-78)

Nabi Ibrahim a.s menyampaikan Risalah Tauhid dengan tegas dan bijak. Ia hancurkan patung - patung yang menjadi sesembahan kaumnya. Ia siap menghadapi hukuman dari Raja Namrud. Ia tidak mau berkompromi sedikitpun agar mendapatkan misi tertentu, atau agar ia menjadi Wakil Raja.

Ia tidak mau mengganti, menambah atau mengurangi ajaran Wahyu sekecil apapun dengan pikiran - pikiran, ide-ide atau khayalan dan imajinasi atau ia membikin Ideologi Nasional sendiri, demi persatuan Nasional, yang mengaburkan nilai - nilai ajaran Tauhid. Beliau tidak minta tolong kepada pasukan jin atau setan dalam rangka memenangkan dakwahnya atau menghadapi musuh - musuhnya. Bahkan sekalipun dengan ayahnya sendiri, beliau lepaskan tanggung jawab Ukhrawinya, karena Ayahnya seorang penyembah berhala. Sikap tegas inilah yang harus diteladani oleh kaum Muslimin. (Q.S. Al- Mumtahanah: 4)

2. Membangun keluarga Da’wah. Kebanyakan manusia, ketika mendapatkan kelebihan, ia mengumpulkan dan membangun segala hal yang menghantarkan pada kemuliaan duniawi. Ketika kekuasaan politik sudah berada ditangannya, maka segera menyusun segala potensi, agar kekuasaan tetap berada ditangannya. Ia bangun istana, ia susun tentara yang kuat, ia kumpulkan harta sebanyak - banyaknya, agar lawan politiknya bisa ditundukkan dengan hartanya, atau paling tidak untuk anak cucunya sampai tujuh turunan.

Hal demikian tidak berlaku sama sekali bagi Nabi Ibrahim. Ia sebarkan seluas - luasnya kalimat Tauhid. Ia ajak manusia agar menyembah Allah saja. Ia jadikan keluarganya sebagai basis da’wah yang menjadi pendukung dan penerus risalahnya. Karena itu Ibrahim bukan saja dikenal dengan bapak Tauhid, tetapi juga Bapak para Nabi. Ibrahim berdoa, memohon kepada Allah dengan sungguh - sungguh, agar keturunannya dijadikan orang - orang yang menegakkan Sholat. ”Ya Tuhan kami, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang - orang yang mendirikan Sholat. ” (Q.S. Ibrahim : 40).

3. Mendahulukan Iman dan Ibadah dari pada ekonomi. Umumnya manusia, memilih menetap di daerah Subur. Karena disitulah akan didapatkan sumber ekonomi yang mudah. Dengan segera, manusia memperebutkan kekayaan material, seperti kapling, perkebunan, Kepala Daerah, Departemen Pajak dan seterusnya.

Namun Nabi Ibrahim meninggalkan daerah - daerah subur, menuju daerah tandus. Dari Syam ke Mesir, terus ke Palestina, terkahir menetap dikawasan tandus, tiada sebatang pohon atau tanaman pun. Di sinilah Ibrahim diperintahkan merenovasi rumah ibadah pertama kali yang dibangun untuk manusia, yaitu Baitullah. Tujuan utamanya adalah agar ia mampu beribadah dengan baik. ”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam - tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian) itu agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah - buahan, mudah - mudahan mereka bersyukur.” (Q.S. Ibrahim: 37)

Sungguh, Nabi Ibrahim membangun peradaban dengan landasan keyakinan atau ideologi yang kuat, iman, dan ibadah yang kokoh. Ia tidak memulai dengan pertumbuhan ekonomi. Beliau membangun peradaban dengan Ibadah, merenovasi Ka’bah bekerja sama dengan keluarganya, dengan keikhlasan yang luar biasa, tanpa meminta bantuan orang atau bangsa lain. Karena itu, nabi Ibrahim tidak pernah didikte orang atau bangsa lain.

4. Tauladan dalam berkurban. Inilah puncak ujian Allah SWT terhadap Nabi Ibrahim a.s. Perhatikanlah! Ibrahim mendapatkan rentetan ujian bertubi - tubi. Semuanya lulus dan lolos dengan sempurna. Kemudian datang ujian terakhir, ia diperintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya yaitu Ismail.

Perintah ini dilaksanakan oleh Ibrahim dan Ismail dengan tulus semata - mata karena beribadah karena Allah SWT. Dengan Rahmah-Nya, Allah mengganti Ismail dengan kambing besar sebagai Kurban. Allah SWT berfirman: ”Sesunggunya ini benar - benar suatu ujian yang nyata.” (Q.S. Ash-Shoffat: 106)

Berkurban adalah sebuah tradisi yang universal, yang dikenal oleh semua umat manusia. Telah menjadi kaidah kehidupan, semakin besar pengorbanan seseorang atau suatu kaum, semakin besar peluang untuk meraih keberhasilan atau keuntungan. Wujud pengorbanan beragam sekali. Korban harta, akal, jiwa, energi, status, perasaan, waktu bahkan prestise.

Apakah yang kita saksikan di tengah - tengah mayoritas Muslim saat ini. Egoisme dan kebakhilan telah melanda hampir sebagian besar orang. Muncullah berbagai fenomena kerakusan, dalam materi maupun kekuasaan. Tersebarnya riba dan spekulasi mata uang, akumulasi kekuasaan dan uang sekaligus. Inilah penyebab utama muncul Krisis Ekonomi atau disebut dengan Krisis Moneter.

Banyak orang berkorban, tetapi sekedar membagnun Image semata, agar tampak sebagai seorang dermawan atau sosiawan. Berkorban untuk menutup - nutupi kekayaan yang diperoleh secara tidak wajar. Ada orang memerintahkan kurban, hidup prihatin, tetapi hanya untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Apakah artinya seekor atau dua ekor sapi jika dibandingkan dengan kekayaan jutaan dolar Amerika yang tersimpan dalam berbagai aset perusahaan maupun Deposito Bank dalam dan luar negeri.

5. Memohon ampun kepada Allah SWT. Beliau, Kakek para Nabi dan Rasul memohon ampun kepada Allah. Entah ada kelalaian, ataupun ada kekurangan dalam memikul kewajiban selama ini, sebab beliau juga manusia. Mohon ampun kepada Bapak - Ibunya serta orang - orang yang telah menegakkan kalimat Allah. Bertambah tinggi martabat manusia dan bertambah rendah hati di hadapan Allah SWT.

Sementara itu kita saksikan di depan mata kita, manusia yang kesalahannya sangat sebesar, tetap saja tidak mau mengakui kesalahan dan selalu melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Enggan untuk beristighfar, enggan memohon taubat kepada Allah, apalagi mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada bawahan atau rakyat selaku pemimpin. Masyarakat kita hanya bisa menghargai orang yang berada diatasnya. Orang yang berada dibawahnya hanya sebagai alat untuk menapak ke atas.

Tauhid yang lurus, basis keluarga yang beriman dan berda’wah, meletakkan iman dan Ibadah sebagai dasar kehidupan, memberi suri teladan dalam berkurban serta banyak memohon ampun kepada Allah dan senantiasa mengakui kesalahan adalah resep mujarab dalam mengarungi kehidupan, mengapai tujuan mencapai kemuliaan di dunia dan akhirat. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya dari kehidupan Nabi Ibrahim a.s dan keluarganya diatas. Bagaimana dengan realita kehidupan bangsa ini ditengah – tengah Krisis Moral yang semakin meluas dan sulit untuk kita bendung. Wallahua’lam Bi Shawab.

27 Oktober 2011

Sumpah Pemuda, Entrepreneur dan Ekonomi


Siapa masyarakat Indonesia yang tidak mengenal Hari Sumpah Pemuda. Pasti tahu, bila pernah mengenyam pendidikan baik di tingkat Sekolah Dasar hingga di Perguruan Tinggi. Dimana Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati Momentum 28 Oktober sebagai Hari Lahirnya Bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum Kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.Namun bagaimana kondisi Bangsa Indonesia setelah 83 tahun lepas dari belenggu penjajah? Adakah bangsa ini sudah mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia seperti yang telah dicetuskan oleh para Tokoh Pemuda saat itu seperti Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sebagi Ketua dan wakilnya, RM Djoko Marsaid (Jong Java),Mohammad Yamin dari Jong Sumateranen Bond, Amin Sjarifuddin (Jong Bataks Bond),Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond), R Katja Soengkana (Pemuda Indonesia), Senduk (Jong Celebes), Johanes Leimena (Jong Ambon) dan Rochjani Soe’oed (Pemuda Kaum Betawi)?. Pasti banyak juga beragam jawabannya.

Namun bila ditinjau dari tingkat kesejahteraan, pengangguran dan Kwalitas Intelektualnya (SDM) masih jauh dari apa yang diharapkan oleh para Pendiri Bangsa yang dimana Sumer Daya Alam telah mendukungnya. Apalagi ditijau dari tingkat pengangguran Bangsa ini yang merupakan salah satu masalah yang belum teratasi sampai saat ini. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla (SBY - JK), angka pengangguran memang mengalami penurunan.

Data BPS menunjukkan pada Agustus 2004, jumlah angkatan kerja yang menganggur sebanyak 10,25 juta orang atau 9,9% dari total angkatan kerja. Selama empat tahun berselang, jumlah pengangguran hanya turun menjadi 9,39 juta orang atau 8,39% dari total angkatan kerja. Penurunan angka pengangguran tersebut masih jauh di bawah target pemerintah sebesar 5,1% pada 2009.

Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah kecenderungan naiknya pengangguran terdidik meski angka pengangguran total menurun.

Pada Agustus 2008, BPS mencatat 600.000 orang tergolong sebagai penganggur sarjana dan diploma sebesar 360.000. Bahkan,data jumlah pengangguran terdidik per Februari 2009 telah mencapai 1,1 juta orang.

Ini berarti telah terjadi peningkatan hampir dua kali lipat dari angka pada 2004 yang tercatat hanya sebesar 585.000 orang. Secara persentase pun menunjukkan peningkatan dua kali lipat,pada Februari 2009 sebesar 12%,naik dari 6% pada 2004. Masih tingginya angka pengangguran, terutama pengangguran terdidik, mengindikasikan bahwa masih terdapat banyak potensi yang bisa diberdayakan untuk meningkatkan produksi barang dan jasa nasional.

Kenaikan produksi barang dan jasa berarti pula kenaikan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sudah relatif tinggi, tumbuh 4,5% pada 2009. Namun tingkat pertumbuhan tersebut masih dinilai kurang berkualitas bila dikaitkan dengan kemampuan menyerap tenaga kerja. Idealnya, setiap 1% pertumbuhan dapat menyerap 500.000 tenaga kerja, tapi hanya sebesar 350.000 orang yang bisa diserap.

Berangkat dari persoalan tersebut, terdapat 2 hal terpenting yang perlu diperhatikan.

1. Lulusan Perguruan Tinggi yang tidak diserap oleh pasar tenaga kerja tentu menimbulkan opportunity cost yang tinggi. Angkatan kerja ini sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menuntut ilmu. Namun setelah lulus, ilmu dan keterampilannya tidak dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah - langkah strategis supaya para penganggur terdidik dapat diberdayakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi sehingga dapat menciptakan kesejahteraan setidaknya bagi diri sendiri.

2. Permasalahan ekonomi bangsa Indonesia saat ini terletak pada sisi penawaran.

Pemerintah terlalu memberi perhatian terhadap sisi permintaan, yakni dengan meningkatkan konsumsi. Peningkatan konsumsi memang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, kenaikan konsumsi tidak selalu meningkatkan output domestik bila impor barang konsumsi juga meningkat. Karena itu, di samping mendorong permintaan agregat, pemerintah juga perlu mendorong penawaran agregat melalui peningkatan produksi domestik.

Di sinilah dibutuhkan para Entrepreneur Domestik untuk menghasilkan barang dan jasa agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dapat tercapai. Kehadiran banyak Entrepreneur juga dapat memperluas kesempatan kerja sehingga dapat menekan angka pengangguran. Oleh karena itu, pemerintah dan Perguruan Tinggi mestinya berperan utama untuk mendukung lahirnya para Entrepreneur ini.

Semua pemikir di Negeri ini pasti setuju mengenai Investasi Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci sukses sebuah bangsa untuk memenangi persaingan Global yang telah melanda di Negeri ini. Semua pihak juga menganjurkan, bahkan mengharuskan negara untuk menomor satukan urusan SDM sebagai program pertama dan utama. Bagaimana dengan Program SDM di Negeri ini? Apakah sudah memberikan jaminan untuk berpendidikan masyarakatnya? Pasti jawabannya beragam pula.

Seharusnya Negeri ini menerapkan Sistem Human Investment sejak lama. Sistem Human Investment merupakan Program jangka panjang yang baru bisa dipanen hasilnya 20 atau 25 tahun ke depan. Ini berarti kalau kita baru memulai investasi SDM itu sekarang, kira - kira tahun 2035 nanti Indonesia baru meraih hasilnya. Putra - putri terbaik bangsa yang disekolahkan atau dikirim ke luar negeri untuk belajar ilmu pengetahuan, sains serta teknologi baru pulang dan mulai berkarya pada tahun itu. Katakan 5 (lima) tahun kemudian mereka baru menghasilkan karyakarya yang patut dibanggakan yang mengangkat harkat dan martabat bangsa di kancah dunia. Itu berarti butuh minimal 30 tahun untuk mempersiapkan diri dalam penggodokan SDM hingga mereka benar - benar siap menghadapi derasnya arus Globalisasi di Negeri ini. Sekarang kita bertanya, sudahkah gerakan investasi SDM ini dilakukan secara masif oleh negara sejak 30 tahun lalu?

Andaikan jawabannya sudah, pertanyaan berikutnya bagaimana hasilnya? Sudahkah pantas kita menyebut SDM bangsa kita benar-benar siap menghadapi persaingan Global itu? Kalau jawabannya belum, lalu kapan dimulainya? Atau jangan - jangan para Pemimpin kita merasa tidak perlu melakukannya karena toh tidak sedikit putra - putri terbaik bangsa ini yang reputasinya serta jasanya diakui Dunia Internasional.

Siapa yang tidak bangga dengan penunjukan BJ. Habibie yang sangat dikenal oleh Bangsa German sebagai Teknokrat atau Sri Mulyani Indrawati sebagai Managing Director World Bank? Bukankah Sri Mulyani Indrawati serta sejumlah putra - putri bangsa lainnya adalah hasil dari proses panjang human investment itu? Atau jangan-jangan putra - putri terbaik Indonesia itu adalah sebuah anugerah yang secara kebetulan. Bukan hasil dari usaha keras negara yang sengaja mendesain untuk kepentingan masa depan.

Negara memiliki tanggung jawab besar dalam mempersiapkan SDM yang unggul dan kompetitif yang mampu menjawab tantangan zaman. Tanpa peran negara, mustahil putra-putri terbaik kita yang berprestasi bisa melanjutkan pendidikan dengan layak ke jenjang berikutnya. Banyak siswa - siswi berprestasi yang putus sekolah dan terpaksa bekerja seadanya karena himpitan ekonomi.

Tidak sedikit pula lulusan terbaik perguruan tinggi yang jadi pengangguran karena tidak diterima bekerja di perusahaan atau menjadi PNS. Sarjana - sarjana yang potensial melanjutkan kuliah ke tingkat Master maupun Doktoral justru banyak mendapat beasiswa dari pihak swasta atau lembaga - lembaga asing di luar negeri. Beasiswa yang diberikan institusi pemerintah dalam negeri justru sangat terbatas jika dibandingkan dengan yang diberikan pihak asing.

Di level dasar dan menengah pun kondisinya tak jauh beda. Para orang tua sudah dibuat pusing ketika menghadapi tahun ajaran baru. Modal nilai bagus saja tidak cukup untuk mendapatkan sekolah yang diidamkan. Bagi anak yang ingin masuk ke sekolah negeri favorit antreannya luar biasa panjang. Kalau mau masuk sekolah swasta sudah ciut nyali karena biayanya yang tidak terjangkau.

Jadi dilematis sehingga siswa berprestasi harus puas dengan sekolah yang tidak favorit karena kalah bersaing dengan siswasiswi yang orang tuanya lebih mampu. Potret dunia pendidikan kita yang seperti itu adalah fakta yang tidak perlu kita tutup - tutupi. Saat semua dilepas bagaikan pasar bebas, siswasiswi yang tidak mampu secara finansial akan kehilangan kesempatan emas mereka untuk mendapat sekolah favorit.

Sementara tidak ada rumus bahwa biaya sekolah akan turun, tapi selalu naik setiap tahun jauh melampaui kenaikan gaji PNS, anggota TNI - Polri, pensiunan atau buruh. Anggaran pendidikan 20% belum bisa menjawab semua tantangan itu. Sekolah gratis belum bisa menampung jumlah siswa - siswi di seluruh penjuru Tanah Air yang kurang mampu.Pendidikan tinggi masih menjadi barang yang mewah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Momentum Hari Pendidikan Nasional ini harus menjadi dasar bagi para pemimpin untuk segera mengambil tindakan besar agar kita tidak semakin tertinggal dengan SDM bangsa lain. Paling tidak kita ingin agar negara bisa berperan lebih besar dalam mengupayakan SDM yang unggul dan berkualitas yang akan menjadi tumpuan di masa depan. Apa gunanya kita mati-matian mendatangkan investasi dari luar negeri, sementara kita tidak bisa menggunakannya untuk sesuatu yang urgen dan diperlukan masyarakat. Bahkan seluruh Tambang dan kekayaan Alam seperti Freeport dan Tambang Migas Negeri ini dikuasai sepenuhnya oleh Asing dan hanya secuil hasilnya diberikan untuk masyarakatnya? Jangankan para pendahulu kita yang mendirikan republik ini kecewa, kita yang saat ini ikut menikmati hasil perjuangan para pendahulu kita atau bahkan Kakek, Nenek, Ayah, Ibu kita juga ikut kecewa, dimana para pengelola negeri ini selalu mendahulukan konsensus Partai, Golongan untuk kepentingan pribadi dan mengenyampingkan kepentingan Bangsanya. Sehingga hati nurani sudah benar - benar mati kebal Kritik. Sampai kapan negeri ini akan terjajah terus yang dulunya oleh para Imperrialis kini dijajah oleh bangsanya sendiri. Jawabannya ada di benak masing - masing. Wallahu A'lam Bishwab.

26 September 2009

Hari Kembali Menuju Fitrah


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd…

Sudah satu Minggu lamanya bulan Suci Ramadhan 1430 H kita tinggalkan. Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Bulan Suci Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara perlahan menuju titik Fitrah. Titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Kata Fitrah di ambil dari kata Fathara Yafthuru artinya menciptakan. Allah Sang Pencipta tidak pernah bermaksud buruk ketika pertama kali menciptakan manusia. Karena itu tidak mungkin manusia mencapai kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik asal diciptakannya. Itulah titik di mana manusia benar-benar menjadi manusia. Bukan manusia yang penuh lumuran dosa dan kekejaman. Bukan manusia yang dipenuhi gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.
Allah SWT. menurunkan Al Qur’an untuk menjadi pedoman agar manusia tetap komitmen dengan kemanusiaannya. Yaitu manusia yang saling mencintai karena Allah, saling memperbaiki menuju keimanan sejati, saling tolong menolong menuju peradaban yang kokoh, saling membantu dalam kebaikan bukan saling membantu dalam dosa dan kemungkaran. Allah mengutus nabi-nabi sepanjang sejarah sebagai contoh terbaik bagaimana menjalankan kewajiban kepadaNya. Tidak ada keselamatan kecuali ikut jejak para Nabi. Dan tidak ada keberkahan kecuali bersungguh-sungguh menjalankan ibadah seperti yang para Nabi ajarkan. Itulah tuntunan fitrah. Bahwa setiap manusia tidak akan bisa kembali ke titik fitrahnya tanpa mengikuti ajaran yang disampaikan para Nabi.
Nabi Allah yang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. Dialah penutup para nabi-nabi dan rasul-rasul (Khaatamun Nabiyyiin). Dengan demikian semua tuntunan yang dibawanya pasti seirama dengan Fitrah manusia. Maka dengan ikut Nabi Muhammad SAW secara utuh kita akan menjadi manusia yang kembali ke Fitrah. Karena itu setiap memasuki bulan Ramadhan kita harus berbicara mengenai bagaimana Nabi Muhammad SAW. menjalani ibadahnya selama Ramadhan. Sebab hanya dengan ikut jejaknya kita bisa mencapai hakikat Ramadhan secara mendalam dan sempurna. Rasulullah SAW. pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. Artinya bahwa ia dengan Ramadhan tidak bisa kembali ke Fitrahnya, padahal semua rangkaian ibadah Ramadhan adalah tangga kembali menuju Fitrah.
Mengapa semua ibadah itu tidak mengantarkan ke titik fitrah? Di manakah letak salahnya? Jawabanya tentu pada manusianya sendiri. Sebab ternyata masih banyak orang yang masuk Ramadhan tidak maksimal menjalankan ibadah-ibadah yang Allah SWT dan rasulNya ajarkan. Banyak orang masuk Ramadhan sekedar dengan semangat ritual saja, sementara hakikat keilmuan yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang masuk Ramadhan semata menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam hari mereka kembali melakukan banyak dosa. Banyak orang masuk Ramadhan bukan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset-omset maksiat. Banyak orang masuk Ramadhan dengan semangat di awal-awal saja, sementara di akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah SAW beri’tikaf dan memburu malam lailatul qadar, malah ia sibuk dengan keduniawian, bagaimana mencari uang untuk persiapan lebaran (baju baru, ingin pulang kampung) dan sebaginya. Bahkan yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang hanya semangat beribadah di bulan Ramadhan saja, bagitu Ramadhan pergi, semua ibadah itu lenyap seketika dari permukaan. Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah, setelah Ramadhan, kembali kosong dan sepi.

Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr ayat 18 Allah SWT menyatakan: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan (instropeksi) apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Semoga Hari Raya 'Idul Fitri 1430 H benar-benar membawa perubahan pada diri kita, kehidupan rumah tangga kita, masyarakat kita, pemerintahan kita, sehingga benar-benar menjadi bangsa yang “Baldatun Thoyibatun wa Robbun Ghofur”, bangsa yang makmur dan sejahtera pada semua lapisan masyarakatnya bukan saja para pemimpin dan kaum elitnya saja dan bangsa yang selalu mendapatkan lindungan, naungan, bimbingan dan ampunan Allah SWT. Amin, Amin Ya Rabal Alamin.

05 September 2009

Bagaimana Ekonomi Negara Kita?


Pemilu 2009 telah berakhir bahkan nama - nama Anggota Dewan Yang Terhormat sudah diumumkan, Pilpres sudah selesai. Bagaimana dengan kelanjutan Program yang katanya akan dilanjutkan oleh salah satu Parpol dalam Pemilihan Presiden?. Kita tahu selama menjelang Pilpres 2009, dengan gencarnya iklan - iklan politik mengatakan Indonesia telah berhasil memperbaiki Ekonominya. Tampaknya ini hanya untuk kepentingan politik saja. Buktinya, Indonesia terjebak utang lagi terhadap IMF.
Indonesia menciptakan utang sebesar 2,7 miliar dollar AS untuk menambah Cadangan Devisa sehingga Cadangan Devisa Indonesia sekarang menjadi 60,3 miliar dollar AS.

Negara - negara donor Indonesia saat ini antara lain:
1. Jepang merupakan Kreditur terbesar dengan USD 15,58 miliar.
2. Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar USS 9,106 miliar
3. Bank Dunia (World Bank) sebesar USD 8,103 miliar.
4. Jerman dengan USD 3,809 miliar, Amerika Serikat USD 3,545 miliar
5. Pihak lain, baik bilateral maupun multilateral sebesar USD 16,388 miliar.

Kita tahu nilai rupiah yang terpampang di dinding Bank - Bank Komerial kelihatannya stabil bertengger di Rp 10.000 per dollar AS sepertinya hemat saya itu nilai semu. Sebab, nilai kurs itu pasti menggerogoti Cadangan Devisa dengan cara campur tangan pemerintah menggelontorkan bantuan likuiditas. Seperti terjadinya kasus di Bank Century yang mencuat dipermukaan saat ini.

Bagi yang tidak mengerti ilmu ekonomi tentu tidak tahu bahwa sebenarnya yang terjadi sekarang ini adalah trik - trik permainan moneter dan adanya permainan politik. Namun semua kebijakan yang diambil pemerintahan sekarang selalu berbuntut terhadap bertambahnya total utang Indonesia yang berarti bertambahanya utang tiap warganegara Indonesia.

Belum lama ini Pemerintah menandatangani kesepakatan pinjaman sebesar USD 300 juta atau sekitar Rp3 triliun dari Badan Prancis untuk Pembangunan (AFD). Pinjaman ini merupakan lanjutan dari utang sebelumnya dari AFD sebesar USD 200 juta atau sekira Rp 2 Triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, pinjaman ini merupakan program pinjaman perubahan iklim (CCPL).
"Tujuannya untuk mendukung reformasi kebijakan yang sedang berjalan dalam menghadapi berbagai isu perubahan iklim," ungkapnya, dalam acara penandatanganan kesepakatan pinjaman tersebut, di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Senin (27/7/2009) yang lalu. Duta Besar Perancis untuk Indonesia Philipe Zeller ikut menandatangani kesepakatan tersebut bersama Perwakilan AFD Joel Daligault. Dirjen menjelaskan, kebijakan penanganan perubahan iklim tersebut mencakup bidang mitigasi (kehutanan dan energi), adaptasi (pertanian dan air), serta isu-isu lintas sektoral.

Analisis terakhir mencatat Utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 31 % dari Rp. 1.275 Triliun pada bulan Desember 2003 menjadi Rp 1.667 triliun pada bulan Januari 2009 atau naik kurang lebih sebesat Rp. 392 Triliun. Utang sebesar ini merupakan utang terbesar Indonesia sepanjang sejarah. Dengan demikian jumlah utang per kapita Indonesia pun meningkat. Jika pada tahun 2004 utang per kapita Indonesia sekitar Rp 5,8 jutan per kepala, maka pada Februari 2009 melonjak jadi Rp 7,7 juta per kepala itu termasuk yang baru lahir. Bahkan beban bunga yang dibayarkan setiap tahunnya juga melenjit dari Rp. 62,5 Trilyun (2004) menjadi Rp. 101,7 trilyun (2009). Wah ini luar biasa pengamatan saya.

Sayapun menjadi heran, utang naik, kenapa dikatakan turun.

Indonesia dalam pertemuan di G-20 yang lalu juga tidak membawa sebuah Agenda Khusus yang membawa kepentingan ekonomi bagi Indonesia sendiri. Apalagi kehadiran Indonesia hanya memperkuat peran IMF dan Bank Dunia serta membuka lebar pintu perdagangan bebas maka sama saja itu akan merugikan Indonesia karena dampak dari perdagangan bebas tersebut akan menjatuhkan Industri Lokal karena pasar akan dibanjiri oleh produk Impor.

Sebenarnya kita juga jangan mau didekte oleh negara - negara maju. Kalau Indonesia sendiri tidak berani memperjuangkan kepentingan ekonominya sendiri ya percuma saja ikut dalam pertemuan dengan Negara - negara maju. Dan kita juga jangan sakit hati kalau dikatakan sama Negara Tetangga, Indonesia adalah Negara Kaya dengan Sumber Daya Alamnya, tetapi masyaratnya selalu Miskin. Kapan kita ini ingin memperbaiki Sistem Ekonomi kita yang selalu mengedepankan Sektor Pertanian dan jangan janji - janji saja sewaktu Kampaye agar mendapat dukungan dari Rakyat. Sebenarnya siapapun yang menjadi Pemimpin Bangsa ini persoalan utang harus menjadi agenda prioritas yang harus segera ditangani. Kalau kita amati bersama memang ada perbedaan yang tajam antara Pandangan Boediono yang dahulu pernah menjadi menteri perekonomian dengan pandangan kelompok strukturalis seperti Rizal Ramli dan Kwik Kian Gie. Boediono menilai Indonesia tak bisa bebas dari utang, karena utang merupakan bagian dari proses kehidupan ekonomi Modern. Yang harus dilakukan adalah memastikan utang digunakan untuk Sektor yang produktif. Disini pengelolaan utang menjadi sangat penting agar jumlahnya tidak melebihi kapasitas untuk melunasi. Namun Rizal Ramli dan Kwi Kian Gie melihat utang sebagai instrumen Modern yang untuk mempengaruhi berbagai kebijakan negara lain. Karena negara penerima utang sering dipaksa untuk memberi banyak kompensasi untuk mendapatkan utang. Contohnya sangat sederhana adalah utang yang kita peroleh dari IMF misalnya hanya cair apabila kita mematuhi sejumlah persyaratan yang sarat dengan kepentingan negara kaya. Yang sangat menarik disini adalah utang tidak jarang dipaksakan untuk diterima. Kita semua tentunya berharap, siapa saja yang berhasil untuk memimpin bangsa ini semoga tanggap dan cepat dapat memperbaiki ekonomi nasional demi mensejahterakan rakyat tumpah darah Indonesia yang saat ini terus ditunggu - tunggu. Semoga !!!

16 Agustus 2009

64 Tahun Sudah Usia Kemerdekaan Negeri Tercinta


Tidak terasa Negara kita Indonesia yang sangat kita cintai ini sudah berusia 64 tahun. Ya sebenarnya kemerdekaan ini belum seberapa bila kita bandingkan dengan kemerdekaan Negara - Negara Barat ataupun Amerika yang lebih dari 200 tahun. Namun kalau kita menengok sejenak Bangsa ini tentunya tidak bisa melupakan dua Tokoh Besar yang menghantarkan Bangsa Indonesia ke gerbang Kemerdekaannya yaitu Soekarno dan Hatta. Tanpa mereka bangsa Indonesia barangkali akan sulit meraih Kemerdekaan. Kita tahu benar bahwa mereka lahir dari keluarga mampu dan terdidik sehingga tidak heran mereka lahir menjadi seorang yang sangat Nasionalis yang berpengaruh. Kita dulu juga pernah duduk di bangku Sekolah Dasar dan mengetahui betul bahwa Kemerdekaan RI yang diproklamirkan Soekarno - Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Cikini, Jakarta Pusat, pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 (tahun Masehi), atau 17 Agustus 2605 (tahun Jepang), atau 17 Ramadan 1365 (tahun Hijriah), sejatinya merupakan tonggak bagi bangsa Indonesia untuk menancapkan sebuah perubahan. Ya, tentunya perubahan dari situasi tertekan, tertindas, menjadi situasi yang merdeka dan berdaulat untuk mewujudkan cita - cita luhur dan mulia sebagai bangsa yang terhormat dan bermartabat di mata Dunia Internasional itulah cita - cita pendahulu kita yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi bangsa yang dia Cintai. Kita juga ingat betul sejak dikumandangkannya Proklamasi 17 Agustus 1945 timbul masalah - masalah baru di negeri ini seperti Agresi ke II, Belanda ingin menduduki negeri ini kembali, Pergolakan G 30 S PKI dan sebagainya. Tetapi yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita mengisi kemerdekaan untuk mensejahterakan rakyat tumpah darah yang kini agaknya kita perlu ada penafsiran ulang terhadap makna kemerdekaan ketika usia negeri ini terus bertambah. Jangan sampai terjadi, jalan kebersamaan yang telah dirintis oleh para pendahulu negeri ini dibelokkan, berubah menjadi ladang yang tandus dan tidak terurus. Kita ingat bahwa negeri kita ada yang mengatakan Gemah Ripah Loh Jinawe. Bahkan, harus ada kesadaran kolektif untuk menjadikan jalan kebersamaan yang mampu mengantarkan segenap rakyat negeri ini menuju harapan dan cita - cita yang diinginkan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni : Membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan berkeadilan sosial.
Untuk membangun cita - cita luhur itu, perlu segenap rakyat dan elite negara perlu bangkit kembali dengan kesadaran sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sesekali, para elite negara, baik dari kalangan eksekutif maupun legislatif, perlu turun ke bawah untuk mendengar jeritan dan derita rakyat yang berkepanjangan dan jangan memberikan harapan - harapan kosong dan memberikan janji semata diwaktu Pemilu dan Pilpres. Seharusnya para elite bisa menafsirkan makna kemerdekaan itu secara tulus, Ikhlas dan jujur. Jangan bertanya lagi masalah esensi dan makna kemerdekaan itu kepada Politisi lagi baik yang ada di Pusat maupun Daerah yang akan ditasirkan dengan kemudahan untuk mendapatkan fasilitas dan penghasilan berlipat - lipat yang selalu ada di depan matanya dan seharusnya rakyatlah yang bisa merasakan buah kemerdekaan itu dalam realitas hidup yang sesungguhnya. Jangan heran kalau rakyat akan menafsirkan makna kemerdekaan dengan beragam jawaban.
Pertanyaannya sekarang, kenapa para elite negara jarang sekali berdialog dengan rakyat bila usai pemilihan Legislatif atau Pilpres? Bagaimana bisa membawa mereka pada tujuan yang diinginkan kalau komunikasi terkunci rapat - rapat? Haruskah rakyat selalu diam seribu bahasa dan hanya mengatakan ya saya serahkan pada wakil rakyat saja dan bagaimana ketika kebijakan penguasa ketika rakyat tiba - tiba saja dibawa sang pengendali negara ke sebuah tujuan yang jauh dari harapan dan cita - cita yang diinginkan oleh para pendahulunya dan kita melihat dan merasakan setiap tahun rakyat selalu dijadikan obyek semata. Harapan kita semoga tidak demikian di tahun mendatang.

05 Agustus 2009

Apa itu Nishfu Sya'ban


Nisfu Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban. Dalam kalangan Islam, Nishfu Sya'ban diperingati menjelang bulan Ramadhan.

Ada suatu riwayat bahwa suatu malam Rasulullah SAW sedang melaksanakan Shalat, kemudian beliau bersujud lama sekali, sehingga aku (A'isyah) menyangka bahwa Rasulullah SAW telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah SAW usai shalat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak - tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam Nishfu Sya'ban, Allah SWT mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang - orang yang dengki" (H.R. Baihaqi).

Bagaimana merayakan malam Nishfu Sya'ban? Biasanya di malam tersebut setelah pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang dan kesehatan, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditingkatkan imannya, biasanya diteruskan dengan shalat Awwabin atau Shalat Tasbih. Dapat juga dengan memperbanyak ibadah dan shalat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri - sendiri. Adapun meramaikan malam Nishfu Sya'ban dengan berlebih - lebihan seperti dengan shalat malam berjamaah, Rasulullah tidak pernah melakukannya. Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya Kiblat dari Masjidil Aqsa ke arah Ka'bah Masjidil Haram.

Adapun apa yang sering dilakukan oleh umat Islam, yaitu Shalat Malam Nishfu Sya'ban cukup dengan do'a - do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rasulullah. Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nishfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal salih lainnya.

22 Juli 2009

Isra' Mi'raj Yang Agung


Siapa yang tidak mengenal peristiwa Isra' Mi'raj yang dialami oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Tepatnya terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab tepatnya satu tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Bahkan Umat Islam di Indonesia setiap tahun selalu memperingati hari besar Islam tersebut.Apa yang melatar belakangi didalam peristiwa Isra' Mi'raj tersebut? Kalau kita melihat ke shirah Nabi banyak hal - hal yang oleh para ulama shirah peristiwa Isra Mi'raj di yakni ada beberapa rangkaian peristiwa menyedihkan yang dialami Rasulullah SAW. Pertama, pemboikotan total yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib. Pemboikotan ini, yang hampir membuat kaum Muslimin mati kelaparan, berlangsung selama 3 (tiga) tahun. Setelah kondisi itu berlalu maka terjadi peristiwa kedua, yaitu meninggalnya dua "pelindung" Rasulullah SAW. Mereka adalah Abu Thalib; paman yang selalu melindungi dan menjaga beliau dari intimidasi kaum kafir Quraisy, serta Siti Khadijah; seorang wanita mulia tempat Rasul bersandar, serta berbagi suka dan duka, ditambah dengan Peristiwa Tha'if yaitu penghinaan dan penganiayaan terhadap Rasulullah SAW dalam menjalankan dakwahnya hingga mengalami cedera. Perlawanan dan penolakan orang-orang kafir semakin keras, maka dalam kondisi yang sangat berat dan tertekan maka Rasulullah SAW menyampaikan dukanya kepada Allah SWT dan merasa tidak mampu membimbing mereka menuju Cahaya Islam.

Dalam situasi tertekan ini, Allah SWT "menghibur" Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril dengan memperjalankannya ke langit melalui peristiwa Isra' Mi'raj. Isra' Mi'raj adalah perjalanan spektakuler yang pernah dilakukan manusia. Betapa tidak, Rasulullah SAW melakukan perjalanan di malam hari dan dalam waktu yang amat singkat 2/3 malam dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Dari Al-Aqsa, Beliau naik ke langit melalui beberapa tingkat, menuju Baitul Makmur, Sidratul Muntaha (tempat tiada berbatas), Arasy (takhta Allah), hingga Beliau menerima wahyu langsung dari Allah SWT tanpa perantaraan Jibril.

Allah SWT dalam Firmannya, "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S.Al Isra' ayat 1).

Isra Mi'raj tidak sekadar perjalanan "hiburan" bagi Rasul. Tetapi peristiwa Isra Mi'raj adalah perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience, seperti dikutip Azyumardi Azra, mengungkapkan bahwa Isra Mi'raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. "Isra Mi'raj," tulisnya, "Benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh dunia gaib".

Bila perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi'raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba menuju Al-Khalik. Isra Mi'raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Perjalanan ini, menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi. Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf.

Salah satu momen penting peristiwa Isra Mi'raj terjadi tatkala Rasulullah SAW "berjumpa" dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, "Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah"; "Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja". Allah SWT pun berfirman, "Assalamu'alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh". Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Ungkapan bersejarah ini kemudian diabadikan sebagai bacaan shalat.

Sebagai pribadi berakhlak mulia, Rasulullah SAW sangat menjauhi sikap egois. Beliau ingin ucapan salam dan "undangan" Allah tersebut dirasakan segenap umatnya. Beliau kembali ke bumi dengan membawa salam keselamatan dari Allah SWT lewat perintah shalat. Inilah kado spesial dari Allah SWT bagi orang-orang beriman.

Menurut Prof Seyyed Hussein Nasr dalam buku Muhammad Kekasih Allah (Mizan, 1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi'raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang kita lakukan sehari-hari. "Shalat adalah mi'raj-nya orang-orang beriman," demikian ungkapan sebuah hadis.

Sabar dan shalat

Andai kita tarik garis merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini. Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi'raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan.

Ketiga hal ini terangkum dengan sangat indah dalam Alquran, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS Al-Baqarah [2]: 45-46). Wallahu a'lam bish-shawab.(Ems)
www.republika.co.id